Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Rupiah yang masih kurang darah tidak selamanya membawa efek buruk bagi pebisnis. Salah satunya adalah industri pelayaran yang mendapat berkah dari duit dollar Amerika Serikat (AS) dan pengeluaran dalam rupiah.
Menurut Sundap Carulli, Direktur Keuangan PT Logindo Samudera Makmur Tbk (LEAD), kondisi rupiah yang sudah tembus Rp 13.000 lebih per dollar AS, tidak membuat kinerja perusahaan ini terpengaruh. Meskipun, Logindo masih punya total utang dollar AS berjumlah US$ 131,73 juta di akhir 2014.
Pasalnya, sebagian besar pendapatan Logindo dalam bentuk mata uang Uwak Sam. Sudah begitu, pengeluaran beban operasional perusahaan ini dalam bentuk dollar AS hanya 10%-15% dari total beban operasional LEAD. "Kami diuntungkan dengan kondisi rupiah melemah dan kami sudah natural hedging karena pendapatan dalam valuta asing," ujarnya ke pada KONTAN, Rabu (18/3).
Setiap bulan, pencatatan pembukuan Logindo secara otomatis dalam bentuk dollar AS. Sehingga tatkala harus membayar utang dalam bentuk valuta asing, tidak memberatkan perusahaan.
Perusahaan ini baru akan memerlukan dana rupiah ketika harus membayar gaji para karyawan. Di saat inilah Logindo harus menukar duit dollar AS ke rupiah.
Begitu juga dengan PT Trans Power Marine Tbk (TPMA). Menurut Rudy Sutiono, Direktur Trans Power Marine, pihaknya tidak terpengaruh kondisi rupiah lantaran sudah melakukan natural hedging. Sampai saat ini komposisi pemasukan perusahaan ini sekitar 70% berbentuk dollar AS dan sisanya 30% berbentuk rupiah.
Sedangkan dari sisi pengeluaran, menurut Rudy untuk kewajiban bahan bakar dan sewa kapal TPMA tidak terbebani dollar AS. "Bahan bakar kami bebankan ke konsumen dan sewa kapal diatur sesuai pembayaran yang diterima dari pengguna, bisa dollar bisa rupiah," paparnya.
Yang sedikit berbeda justru dialami PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS).
Menurut Theo Lekatompessy, Direktur Utama Humpuss Intermoda Transportasi, kondisi enam lini bisnisnya beragam tatkala rupiah loyo. Ada lini usaha yang terpengaruh, ada yang netral, namun ada yang sama sekali tidak berimbas.
Angkutan curah negatif
Menurutnya ketika rupiah terkapar seperti sekarang, lini bisnis angkutan gas alam cair atau liquid natural gas (LNG) dan jasa manajemen awak kapal (crew) akan membaik. Adapun untuk lini bisnis angkutan bahan bakar minyak (BBM) dan angkutan penunjang lepas pantai (offshore) dianggap netral.
Baru kemudian lini bisnis angkutan produk curah dan petrokimia bakal terkena dampak pelemahan rupiah karena efek kondisi ekonomi makro dalam negeri.
Meski begitu, Theo tetap optimistis, efek rupiah tidak banyak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan ini. Selama ini, sekitar 85% pemasukan perusahaan jasa pelayaran ini dalam bentuk dollar AS. Sedangkan pengeluaran dollar AS berkisar 70%.
"Dengan adanya penguatan dollar AS, walaupun tidak semua lini bisnis untung, secara keseluruhan kami prediksi masih bisa untung," katanya tanpa merinci lebih lanjut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News