Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Kelautan dan Perikanan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Sri Yanti JS mengungkapkan, pengembangan dan peningkatan produktivitas budidaya udang melalui revitalisasi tambak udang perlu segera dilakukan.
Hal ini mengingat pentingnya peranan komoditas udang dalam pertumbuhan ekonomi, baik sebagai komoditas ekspor perikanan yang dominan, maupun sebagai sumber pendapatan masyarakat perikanan (pembudidaya ikan).
“Hal tersebut utamanya perlu dilakukan melalui penguatan aspek hulu pertambakan nasional, pengembangan aspek hilir dan peningkatan dukungan eksternal,” kata Sri Yanti JS dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Selasa (11/8).
Baca Juga: Cegah resesi, Bappenas dorong peningkatan kinerja sektor perikanan
Ia menambahkan, penguatan aspek hulu pertambakan nasional, dilakukan melalui beberapa langkah. Pertama, updating peta tambak udang di setiap Kabupaten/Kota di lokasi prioritas, mencakup luasan, jenis tambak, status lahan, sifat lahan (cluster/scatered), jumlah petambak yang terlibat.
Kedua, pengembangan balai benih (hatchery) udang dekat dengan lokus pertambakan. Ketiga, sertifikasi benih dan induk untuk menjamin kualitas dan produktivitas tambak.
Keempat, pengembangan klaster produksi dan keterkaitan hulu hilir yang efisien. Kelima, pengembangan industri pakan berbahan baku lokal. Keenam, penerapan sustainable aquaculture
Sementara itu, pengembangan aspek hilir, dilakukan melalui peningkatan lobi diplomatik perdagangan di pasar konvensional seperti Amerika Serikat, Jepang dan UE untuk keringanan pajak atau penurunan/penghapusan hambatan tarif/non-tarif.
Kemudian, perluasan jaringan pasar baru (diversifikasi pasar) ke negara-negara potensial, pengembangan sistem logistik yang efektif untuk distribusi hasil panen di dalam negeri dan pasar eksport, termasuk transportasi benih dan sarana produksi.
Serta pengembangan industri pengolahan udang yang berdaya saing di Kawasan Industri tertentu dan penguatan konsumsi udang domestik.
Baca Juga: Dukung nelayan, KKP dapat tambahan anggaran Rp 475 miliar
Sedangkan peningkatan dukungan eksternal, dilakukan melalui 8 langkah.
- Simplifikasi perizinan dan pengurusan perizinan secara efisien berbasis elektronik.
- Sinkronisasi tata ruang darat dan laut/pesisir.
- Pembangunan saluran irigasi secara penuh ke areal pertambakan.
- Pembangunan jalan produksi di lokasi yang remote.
- Pengadaan akses listrik.
- Pengembangan kapasitas kelembagaan/koperasi pembudidaya udang.
- Inovasi teknologi budidaya udang.
- Kerjasama dengan industri swasta untuk revitalisasi tambak dengan dukungan sumber pembiayaan non APBN.
Sri Yanti menambahkan, upaya memanfaatkan sumberdaya ikan secara optimal, berkelanjutan, dan lestari merupakan tuntutan yang sangat mendesak bagi sebesarnya-besarnya kemakmuran rakyat. Terutama untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dan pembudidaya ikan, pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta peningkatan ekspor untuk menghasilkan devisa negara.
“Nelayan dan pembudidaya ikan itu profesi pekerjaan informal, sehingga kondisi saat ini semakin menyulitkan nelayan dan pembudidaya ikan. Karena itu, keberpihakan kepada nelayan dan pembudidaya ikan melalui strategi perikanan berkelanjutan perlu segera diwujudkan,” tandas Sri Yanti.
Sebagai informasi, Proyek Prioritas Strategis atau Major Project yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 mencatat, ada kebutuhan alokasi pendanaan dalam 5 (lima) tahun senilai Rp 25 triliun pada sektor perikanan, yang pengelolaannya diserahkan pada 10 Kementerian/Lembaga (K/L) dan pemerintah daerah (pemda).
Major Project berupa revitalisasi tambak di kawasan sentra produksi udang untuk mendukung peningkatan produksi perikanan budidaya (ikan) menjadi 10,32 juta ton pada tahun 2024 atau tumbuh 8,5% per tahun dan meningkatkan pertumbuhan ekspor udang 8% per tahun.
Baca Juga: Per 6 Agustus, pagu program Pemulihan Ekonomi Nasional sudah terserap 21,8%
Major Project tersebut melibatkan KKP, KemenPUPR, Kemendag, KemenATR/BPN, KemenESDM, Kemenristek/BRIN, KLHK, LIPI, BPPT, Pemda, dan Badan Usaha (BUMN/Swasta). Lokasinya fokuskan di Pantai Utara Jawa, Lampung, Sulawesi Selatan, dan NTB dengan kebutuhan pendanaan sebesar Rp 25 triliun, yang terdiri dari APBN sebesar Rp 3,3triliun dan KPBU/Swasta sebesar Rp 21,7triliun.
“Salah satu di dalamnya adalah udang yang merupakan salah satu komoditas unggulan perikanan dalam RPJMN 2020-2024,” terang Sri Yanti.
Rincian kegiatan Major Project Revitalisasi Tambak ini adalah:
- Rehabilitasi saluran tambak (KemenPUPR, KKP, Pemda)
- Peningkatan inovasi, adopsi dan teknologi untuk peningkatan produksi dan produktivitas (KKP, Kemenristek/BRIN, LIPI, BPPT, Swasta)
- Pengembangan Infrastruktur pendukung: jalan, listrik, air, pasar, IPAL, dan coldstorage (KKP, KemenESDM, Kemendag, KemenPUPR, BUMN PLN)
- Pengembangan Industri Perbenihan dan Induk Udang Nasional dan Kesehatan Ikan (KKP, Swasta)
- Pengelolaan dan Pendayagunaan Tata Ruang Pesisir dan harmonisasi Perizinan (KKP, KemenATR/BPN, KemenPUPR, KLHK, KemenESDM, Pemda).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News