Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - Jakarta. Produsen tembakau iris PT Indonesian Tobacco (ITIC) optimistis bisa membalikkan kerugian tahun 2019 menjadi laba di tahun ini. Strategi perluasan pemasaran bakal memacu pendapatan. Di sisi lain, tahun ini ITIC tak lagi terbebani sejumlah biaya yang menyebabkan kerugian tahun lalu sebesar Rp 7 miliar.
Direktur Utama PT Indonesian Tobacco Tbk, Djonny Saksono menjelaskan, rugi tahun lalu akibat denda pajak untuk tahun buku 2015 sebesar Rp 11,84 miliar. Kerugian juga karena kenaikan beban keuangan Rp 6,48 miliar akibat pindah bank dan biaya initial public offering (IPO).
"Tahun ini kami sudah membuat pengaturan biaya, sehingga tidak melonjak dan bisa meraih laba," jelas Djonny, pekan lalu.
Pendapatan perusahaan juga berpotensi melanjutkan tren pertumbuhan karena perluasan pemasaran. Pendapatan Indonesian Tobacco tahun 2019 naik sebesar 23,8% year on year (yoy) menjadi Rp 166,56 miliar. "Lalu pada kuartal I 2020, pendapatan kami tetap tumbuh dobel digit, sekitar 18% karena penambahan area pemasaran di Sumatra dan Kalimantan," ungkap Djonny tanpa memerinci.
Hingga akhir tahun ini, Djonny optimistis meraih target pertumbuhan penjualan hingga 20% seperti rencana awal. Proyeksi tersebut didukung oleh realisasi penggunaan belanja modal yang sudah mencapai 25% atau Rp 25 miliar pada kuartal I 2020.
Produsen tembakau tingwe alias linting dewek (linting sendiri) ini masih akan memperluas area pemasaran ke berbagai penjuru di Indonesia. "Distribusi terkuat ITIC di Indonesia bagian timur, tapi saat ini distribusi di Indonesia bagian barat sudah mulai berjalan bersamaan dengan pembukaan perluasan area marketing di Sumatra dan Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah," kata Djonny.
Menurut dia, ITIC akan menambah lagi cabang pemasaran di kedua pulau tersebut. Namun, pelaksanaannya menunggu wabah korona mereda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News