kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penjualan semen domestik terkontraksi 10,4% tahun lalu, simak proyeksinya tahun ini


Rabu, 20 Januari 2021 / 14:51 WIB
Penjualan semen domestik terkontraksi 10,4% tahun lalu, simak proyeksinya tahun ini
ILUSTRASI. Buruh memindahkan sak semen yang akan di distribusikan kesejumlajh wilayah melalui Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Volume penjualan semen domestik sepanjang 2020 tercatat sebesar 62,7 juta ton. Mengacu pada data Asosiasi Semen Indonesia  (ASI), realisasi ini menurun 10,4% dari penjualan tahun 2019 yang mencapai 70 juta ton. Ini merupakan pertumbuhan terendah dalam 10 tahun terakhir.

Realisasi pertumbuhan semen sepanjang 2020 tersebut sesuai dengan proyeksi Industry and Regional Research Department Bank Mandiri pada awal pandemi Covid-19 di tahun 2020, yang memprediksi pertumbuhan penjualan semen domestik bakal terkontraksi antara 8,5% sampai 11,6%.

Adapun penjualan semen domestic periode Desember 2020 terkontraksi sebesar 6,0% secara bulanan, menjadi 5,7 juta ton. Sementara itu, penjualan semen domestik pada Desember 2020 terkontraksi sebesar 12,1% secara tahunan  atau year-on-year (YoY).

Baca Juga: Penjualan diramal pulih, simak rekomendasi saham Indocement Tunggal Prakarsa (INTP)

Angka tertinggi penjualan semen domestik tahun 2020 terjadi di bulan Oktober yakni sebesar 6,2 juta ton, sementara penjualan terendah terjadi di bulan Mei sebesar 3,2 juta ton.  

Berdasarkan kategori pulau, pada Desember 2020, baik secara bulanan maupun tahunan, penjualan di semua pulau mengalami kontraksi.

Tim riset Bank Mandiri mencatat kontraksi penjualan semen paling dalam secara bulanan terjadi di pulau Maluku dan Papua, yakni  mencapai 20,0%. Sementara secara tahunan, kontraksi terdalam terjadi di wilayah Bali-Nusa Tenggara yaitu sebesar 36,7% pada Desember 2020.

Sepanjang 2020, hanya Maluku-Papua yang mengalami pertumbuhan penjualan semen  yang positif yakni sebesar 9,6%. Kontraksi terdalam terjadi di wilayah Bali-Nusa Tenggara dan Jawa yang masing-masing menyusut 13,7% dan 13,1% secara tahunan, diikuti oleh Sulawesi, Kalimantan dan Sumatra yang masing-masing terkontraksi sebesar 11,8%, 10,8% dan 3,9%.

Tidak hanya penjualan di pasar domestik, ekspor semen juga mengalami penurunan. Tercatat, ekspor semen terkontraksi sebesar -1,6% secara bulanan menjadi sebesar 0,67 juta pada Desember 2020.

Namun demikian, secara tahunan, ekspor semen pada Desember 2020 tumbuh lumayan tinggi, yaitu sebesar 142,8%. Secara komulatif, pertumbuhan ekspor semen sepanjang 2020 tumbuh 48,2% menjadi 9,3 juta ton.

Meski demikian, pasar ekspor hanya menyumbang sebesar 12,9% dibandingkan total produksi domestic. Belum signifikan untuk mengangkat permintaan terhadap industri semen nasional.

Baca Juga: Indocement (INTP) mencatat penjualan 16,5 juta ton semen pada 2020

Tim Industry and Regional Research Department Bank Mandiri  memperkirakan penjualan semen domestik pada 2021 akan tumbuh 3% sampai dengan 6%.

Katalis positif yang diperkirakan bisa menggairahkan penjualan semen tahun ini antara lain proyek infrastruktur terutama karena peningkatan belanja Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) 2021 untuk infrastruktur yang tumbuh sebesar 47,3%  atau menjadi Rp. 414 triliun.

Jumlah anggaran ini sudah lebih besar daripada realisasi anggaran infrastruktur APBN tahun 2019 sebelum pandemi Covid-19 yang hanya Rp 399,8 triliun.

“Program vaksinasi dan efektivitas vaksin yang diharapkan bisa menciptakan ekspektasi positif terhadap kecepatan pemulihan ekonomi nasional,” tulis Tim Riset Bank Mandiri, Rabu (20/1)

Meski demikian, terdapat sejumlah risiko yang masih membayangi industri semen tahun ini. Salah satunya adalah laju peningkatan kasus positif Covid-19. Jika kasus positif meningkat tidak terkendali, bukan tidak mungin terjadi pemotongan dan realokasi anggaran seperti tahun 2020.

Kemungkinan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) juga kembali diberlakukan, dan pemulihan ekonomi berjalan lebih lambat, yang bisa berdampak pada pelemahan permintaan semen.

Faktor risiko lain adalah persaingan yang sangat ketat karena kapasitas terpakai masih relatif rendah, yaitu hanya sebesar 55%, yang berpotensi mengakibatkan perang harga.

Sebagai tambahan, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) baru saja mendakwa PT. Conch South Kalimantan Cement karena terbukti melakukan ‘predatory pricing’ yakni melakukan upaya jual rugi dan/atau penetapan harga yang sangat rendah, yang melanggar Pasal 20 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×