Sumber: Kompas.com | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA.Termotivasi menghasilkan profit maksimal sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 19 tahun 2003, empat pengembang BUMN bersaing ketat. Bukan sembarang persaingan, melainkan "perang" sengit menyangkut strategi bisnis, pendanaan, marketing, produk, harga, hingga kinerja penjualan.
Aroma "peperangan" tercium sangit di sektor apartemen, baik apartemen untuk kelas menengah-bawah dengan harga Rp 12 juta hingga Rp 14 juta per meter persegi, maupun apartemen kelas menengah-menengah dengan harga Rp 15 juta hingga Rp 20 juta per meter persegi.
Keempat pengembang BUMN yang tercatat sangat agresif melakukan diversifikasi produk dan ekspansi apartemen ke berbagai daerah adalah PT Adhi Karya (persero) Tbk melalui PT Adhi Persada Properti, PT PP (persero) Tbk melalui tentakel PT PP Properti, PT Hutama Karya (persero) melalui PT HK Realtindo, dan PT Wijaya Karya (persero) Tbk melalui sayap bisnis properti PT Wika Realty.
Mengapa keempatnya kompak mengorientasikan bisnis di sektor apartemen?
Direktur Utama PT HK Realtindo Putut Ariwibowo menjelaskan, apartemen merupakan hunian yang sangat dibutuhkan masyarakat perkotaan, khususnya kalangan menengah. Segmen pasar inilah yang merupakan ceruk pasar terbesar dalam struktur pasar properti di Indonesia.
"Ada sekitar 65 juta hingga 70 juta kelas menengah di Indonesia. Belum seluruhnya punya rumah atau hunian representatif. Kebutuhan tersebut semakin membengkak karena Indonesia masih mengalami defisit hunian hingga saat ini sebanyak 15 juta unit. Belum lagi nanti tahun depan, betapa besar ceruk pasarnya," tutur Putut kepada Kompas.com, Senin (22/9).
Hal senada diamini Direktur Utama PT Adhi Persada Properti, Ipuk Nimpuno. Menurut dia, apartemen dengan kisaran harga menengah sangat diminati pasar. Apalagi apartemen dengan rentang harga sekitar Rp 300 juta hingga Rp 1 miliar. "Apartemen dengan kisaran harga segitu sangat diminati pasar. Cepat laku, return on investment-nya tinggi. Di pasar seken juga harganya terus naik," timpal Ipuk.
Mudah dimafhumi jika kemudian apartemen dianggap sebagai komoditas yang sangat seksi. Kedua pengembang BUMN tersebut mencatat kinerja penjualan meyakinkan hingga Agustus 2014. PT HK Realtindo sudah membukukan penjualan Rp 300 miliar dari target total Rp 800 miliar tahun ini.
"Meskipun masih di bawah Rp 500 miliar, namun pencapaian ini lebih tinggi ketimbang tahun lalu. Terlebih, tahun ini adalah tahun politik, banyak konsumen yang masih menunggu," ujar Putut.
Sementara PT Adhi Persada Properti telah membukukan angka Rp 600 miliar dari target total Rp 1,7 triliun. PT Wika Realty berhasil mencapai penjualan Rp 600 miliar daro target total Rp 1,3 triliun.
Banjir proyek
Saat ini, PT HK Realtindo tengah mengembangkan apartemen Enviro di Jababeka City, The H Residence Kemayoran, Jakarta Pusat, berupa dua twin tower apartemen sebanyak 3.000 unit. Twin tower pertama, kata Putut, merupakan hasil akuisisi Rajawali Apartment Tower Chrysant. Sementara twin tower kedua akan dimulai pembangunannya kuartal I 2014.
Sementara proyek baru yang akan direalisasikan tahun 2015 mendatang adalah The H Residence Bandung, Jawa Barat, sebanyak 500 unit, The H Mansion Balikpapan sebanyak 380 unit, dan The H Residence Surabaya.
Demikian halnya dengan Adhi Persada Properti. Setelah Taman Melati Jatinangor di Bandung sebanyak 780 unit, tutup atap, pengembang ini bersiap membangun Taman Melati Dinoyo senilai Rp 190 miliar di Malang, Taman Melati Mulyorejo (Rp 266 miliar) di Surabaya, dan Grand Taman Melati di Depok.
Selain itu, mereka juga akan membangun The Jasmine Park @ Pasteur, Bandung, yang saat ini masih dalam proses perizinan. The Jasmine Park diproyeksikan menelan investasi Rp 180 meter. Adapun proyek lainnya adalah kondotel Grand Dhika of Sunset Denpasar, Bali, sejumlah Rp 375 miliar. Mereka menggelar kerja bareng dengan Angkasa Pura Property.
Untuk proyek multifungsi (mixed use development), Adhi Persada, akan menggarap Grand Dhika Jatiwarna, Bekasi, seluas 4,5 hektar. Nilai investasinya sebesar Rp 1,2 triliun.
Sedangkan PT Wika Realty sepanjang tahun membangun tiga proyek apartemen yang dikelola seperti hotel (kondominium-hotel atau kondotel). Ketiga proyek kondotel tersebut akan dimulai konstruksinya pada Desember nanti, sehingga pada 2015 mendatang pasokan baru dari PT Wika Realty, siap meramaikan pasar.
Ketiganya adalah La Grande Merdeka di Bandung, Tamansari De Papilio di Surabaya, dan Tamansari Lagoon di Manado. Baik La Grande Merdeka, Tamansari De Papilio, dan Tamansari Lagoon, akan dikelola oleh Best Western International dengan klasifikasi bintang empat.
Sementara PT PP Properti tengah menggarap Grand Kamala Lagoon, Bekasi, Grand Sungkono Lagoon, Surabaya, dan satu lainnya di Tanjung Duren, Jakarta Barat.
Untuk Grand Kamala Lagoon, perseroan menyiapkan dana sebesar Rp 200 miliar. Menyusul Grand Sungkono Lagoon yang membutuhkan dana pengembangan tahap I mencapai Rp 150 miliar. Proyek ini seluas 3,4 hektar, berlokasi di Jl Mayjend Sungkono, Surabaya Barat. Serupa dengan proyek mereka di Bekasi, Grand Sungkono Lagoon merupakan proyek multifungsi yang terdiri atas apartemen, pusat belanja dan perkantoran.
Sedangkan proyek komersial lainnya di Tanjung Duren, jakarta Barat, diproyeksikan menelan biaya sekitar Rp 150 miliar untuk tahap awal. (Hilda B Alexander)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News