kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45897,88   5,30   0.59%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perhapi: Pengurangan produksi jadi opsi seimbangkan pasar batubara dalam negeri


Selasa, 18 Agustus 2020 / 15:44 WIB
Perhapi: Pengurangan produksi jadi opsi seimbangkan pasar batubara dalam negeri
ILUSTRASI. Pertambangan batubara


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara masih berkutat di level yang rendah seiring tekanan pasar yang belum mereda. Adanya pandemi Covid-19 membuat permintaan (demand) anjlok, namun pasokan (supply) batubara masih cenderung stabil sehingga terjadi kelebihan pasokan (oversupply).

Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli mengatakan, ketidakseimbangan antara supply dan demand menyebabkan harga batubara masih tersungkur di kisaran index US$ 50-US$ 54 per ton. 

Kondisi ini diperparah dengan belum pulihnya kondisi ekonomi di negara-negara pengimpor batubara, sehingga permintaan tidak naik secara signifikan.

Baca Juga: Harga komoditas kurang atraktif, investor bisa ambil pendekatan jangka pendek

Mempertimbangkan kondisi tersebut, Rizal mengusulkan adanya pengurangan produksi batubara secara nasional. Jika dibandingkan dengan realisasi produksi tahun 2019 lalu yang mencapai 616 juta ton, Rizal menyebut, produksi batubara Indonesia pada tahun ini sebaiknya diturunkan hingga 50 juta ton - 70 juta ton.

Untuk jangka pendek, pengurangan produksi adalah opsi utama yang selayaknya dicoba oleh pemerintah maupun pelaku usaha. "Pengurangan produksi secara nasional agar kondisi tidak oversupply sehingga harga akan terangkat ke level yang wajar. Tidak ada alternatif lain selain penurunan produksi, setidaknya untuk menyeimbangkan pasar sebagai solusi jangka pendek," jelas dia kepada Kontan.co.id, Selasa (18/8).

Jika harga belum menguat dan demand masih belum terangkat, dia pun memproyeksikan target produksi batubara dalam Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) 2020 yang ditetapkan sebesar 550 juta ton tidak akan tercapai. Rizal menaksir, realisasinya bisa di bawah target atau sebesar 520 juta ton - 530 juta ton.

Dari informasi yang diperoleh Perhapi, ada sejumlah perusahaan yang tetap mempertahankan target produksinya seperti rencana awal tahun. Ada juga yang melakukan revisi untuk menurunkan produksi. Namun, sejumlah perusahaan memilih untuk menaikkan rencana produksi batubara.

Kendati begitu, dari sisi pertimbangan bisnis korporasi, dia menilai bahwa hal tersebut wajar dilakukan. "Kenaikan produksi dilakukan untuk menekan biaya overhead sehingga bisa membantu penurunan biaya," jelas Rizal.

Baca Juga: Pangkas target produksi dan capex, Adaro: Kami terus mengikuti perkembangan pasar

Memang, pemerintah dan sejumlah pelaku usaha tengah menjajaki pasar alternatif untuk membuka tujuan ekspor baru maupun memperbesar porsi penjualan batubara. Tapi, Rizal berpandangan bahwa upaya tersebut tidak lah mudah.

"Karena daya serapnya jauh lebih rendah dibandingkan negara tujuan ekspor utama saat ini, yaitu China dan India," jelas dia. 

Sebagai gambaran, potensi penurunan impor batubara Indonesia di China sekitar 15 juta ton, sedangkan di India mencapai 17 juta ton. Penurunan ekspor batubara dari Indonesia sekitar 32 juta ton itu tidak akan mampu dialihkan ke pasar lainnya. Sebab, pasar potensial seperti Vietnam serapannya hanya 1 juta -2 juta ton, Banglades 0,5 juta ton dan Pakistan hanya 1 juta ton.

Pada saat bersamaan, serapan dari pasar domestik pun tak akan tumbuh, malah berpeluang turun hingga 10 juta ton. "Diperkirakan volume akan mulai naik kembali di tahun 2021 atau setelah (penanganan) corona berhasil diterapkan dengan baik di beberapa negara," ungkap Rizal.

Ke depan, Indonesia harus mengikis ketergantungan terhadap pasar ekspor dengan meningkatkan serapan dari dalam negeri. Sebab, ketergantungan pada pasar ekspor memiliki risiko tinggi karena dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan geopolitik, konsumsi serta peralihan energi di negara pengimpor.

Peningkatan pasar batubara dalam negeri bisa dilakukan dengan percepatan hilirisasi batubara, seperti untuk briket dan konversi batubara ke gas atau pun methanol. Pembangunan smelter pun perlu digenjot untuk meningkatkan kebutuhan energi.

Baca Juga: Operasional PLTU Batang mundur, Adaro Energy (ADRO) lakukan evaluasi

Namun untuk saat ini, Rizal mengatakan bahwa perusahaan bisa survive dengan melakukan efisiensi khususnya dari sisi operasional. Misalnya dengan menurunkan tingkat nisbah kupas (stripping ratio) menjadi lebih kecil sehingga menurunkan biaya produksi terutama dari pengupasan tanah penutup (overburden).

Upaya lainnya ialah menegosiasikan rate dengan kontraktor tambang dan mencari market baru. "Namun tidak berpengaruh banyak karena tidak bisa mengkompensasi demand dari tujuan ekspor yg besar seperti China dan India," pungkas Rizal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×