kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.906.000   -8.000   -0,42%
  • USD/IDR 16.430   57,00   0,35%
  • IDX 7.618   3,14   0,04%
  • KOMPAS100 1.065   5,05   0,48%
  • LQ45 805   1,84   0,23%
  • ISSI 256   1,72   0,68%
  • IDX30 416   0,88   0,21%
  • IDXHIDIV20 476   -0,82   -0,17%
  • IDX80 120   0,62   0,51%
  • IDXV30 123   0,46   0,37%
  • IDXQ30 133   0,19   0,15%

Permintaan Global Melemah, Ekspor Batubara Indonesia Tertekan hingga 2026


Selasa, 29 Juli 2025 / 05:45 WIB
Permintaan Global Melemah, Ekspor Batubara Indonesia Tertekan hingga 2026
ILUSTRASI. Kapal tongkang pengangkut batu bara berada di Perairan Teluk Bayur, Padang, Sumatera Barat, Selasa (16/7/2024). Permintaan batubara global diperkirakan stagnan dalam dua tahun ke depan setelah mencatat rekor tertinggi pada 2024.


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permintaan batubara global diperkirakan stagnan dalam dua tahun ke depan setelah mencatat rekor tertinggi pada 2024.

Kondisi ini memicu kekhawatiran bagi eksportir utama seperti Indonesia, yang kini mulai mengincar pasar non-tradisional guna menjaga kinerja ekspor.

Laporan terbaru International Energy Agency (IEA), Kamis (24/7), menyebut konsumsi batubara dunia hanya akan tumbuh tipis 0,2% pada 2025. Bahkan, pada 2026 permintaan diproyeksikan mulai menyusut dan kembali di bawah level 2024.

Lesunya permintaan ini tak lepas dari pergeseran negara-negara besar pengguna batubara ke energi terbarukan, serta meningkatnya produksi domestik di negara konsumen utama.

Baca Juga: Permintaan Lesu, Ekspor Batubara Indonesia Susut 20 Juta Ton

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Gita Mahyarani mengatakan, pasar ekspor utama Indonesia saat ini masih terkonsentrasi di Asia, seperti China, India, Jepang, Korea Selatan, dan Asia Tenggara. Namun, negara-negara ini mulai mengurangi ketergantungan pada batubara impor.

“China dan India saat ini sedang mendorong peningkatan produksi dalam negeri. Mereka memang masih mengkonsumsi banyak batubara, tapi strategi mereka jelas: mengurangi impor dan mengandalkan produksi lokal,” kata Gita kepada Kontan, Senin (28/7).

Menurut Gita, langkah mencari pasar baru bukan perkara mudah. Selain kebutuhan tiap negara berbeda, Indonesia juga harus bersaing dengan eksportir lain seperti Rusia dan Australia.

“AS misalnya, meski permintaannya naik karena harga gas mahal, mereka juga memproduksi batubara sendiri,” ujarnya.

Baca Juga: Ekspor Batubara Indonesia Tertekan di Awal Tahun 2025, Terendah dalam 3 Tahun

Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA) Hendra Sinadia menambahkan, penurunan permintaan dari China disebabkan oleh melimpahnya stok batubara akibat kenaikan produksi domestik.

“Namun perlu dicatat, meski impor menurun, konsumsi listrik China masih meningkat,” jelas Hendra kepada Kontan, Senin (28/7).

Secara historis, sekitar 98% ekspor batubara Indonesia selama 10 tahun terakhir memang ditujukan ke negara-negara Asia. Namun dengan tren pelemahan permintaan dan meningkatnya produksi di negara tujuan, produsen Indonesia harus mulai memetakan strategi diversifikasi pasar ekspor.

Adapun, IEA memprediksi, perdagangan batubara global akan turun pada 2025, menjadi penurunan pertama sejak 2020, dan tren ini diperkirakan berlanjut hingga 2026.

Baca Juga: Ekspor Batubara Indonesia Periode Januari-Mei 2025 Anjlok, BPS Ungkap Penyebabnya

Di tengah stagnasi permintaan, produksi global justru diproyeksikan mencapai rekor baru tahun depan, terutama didorong oleh produksi China dan India.




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×