Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertamina EP Cepu dan PT Rekayasa Industri (Rekind) siap mengebut pengerjaan proyek Jambaran Tiung Biru di tengah kendala musim penghujan dan wabah virus corona.
Direktur Utama Rekind Yanuar Budinorman menyampaikan, pihaknya menargetkan proyek dapat mencapai 55,35% dalam waktu ini. Kendati demikian kendala curah hujan dan pandemi corona membuat terjadinya keterlambatan sekitar 0,4% dari target.
Baca Juga: Transisi Rokan, Chevron bakal lanjutkan investasi hingga akhir kontrak
Namun ia memastikan, angka tersebut masih dalam rentang yang terkontrol. "Konstruksi sedikit delay karena hujan dan baru-baru ini pandemi corona, kita mulai rebound di Mei," jelas Yanuar melalui video conference, Kamis (19/3).
Yanuar menambahkan, upaya pencegahan atas curah hujan dilakukan lewat pengaktifan unit pompa demi menghindari genangan air. Bahkan, demi memuluskan rencana akselerasi, akan ada penambahan tenaga kerja hingga 1000 orang dalam dua bulan ke depan.
Senada, Direktur Utama Pertamina EP Cepu Jamsaton Nababan mengungkapkan percepatan dapat dilakukan mengingat sekitar 60% kebutuhan material telah berada di site. "Material sudah 60% di lapangan, jadi material tidak terhambat corona. nanti tinggal pengerjaan di lapangan," terang Jamsaton.
Masih menurut Jamsaton, dari target pengeboran 6 sumur, pihaknya telah merampungkan pengeboran empat sumur. Adapun, pengeboran sumur ini lebih cepat enam hari dari jadwal. PEPC menargetkan pengeboran dua sumur sisa dapat tuntas di akhir tahun ini.
Baca Juga: Corona menyebar, kegiatan jasa tambang batubara United Tractor (UNTR) masih normal
Selain itu, pengerjaan pembangunan pipa sepanjang 5 kilometer juga tengah dilakukan dan ditargetkan tuntas pada April 2021 mendatang. "Untuk fasilitas gas (gas processing facility) sudah 54,94%. Sampai Desember targetnya 94% untuk GPF," terang Jamsaton.
Masih menurut Jamsaton, saat ini belum ada rencana penambahan investasi sebab proyek masih terus berlangsung. Menurutnya tambahan belanja modal baru mungkin terjadi jika proyek mengalami penundaan.
Proyek ini sendiri menelan dana sekitar US$ 1,53 miliar. Dari besaran tersebut, dana sebesar US$ 983 juta dialokasikan untuk pengerjaan GPF.
Baca Juga: Harga gas akan dipatok US$ 6 per mmbtu, bagaimana dampaknya ke tarif listrik?
Baik PEPC maupun Rekind yakin proyek JTB dapat rampung sesuai jadwal. Kehadiran proyek ini dinilai penting sebab adanya potensi kekurangan pasokan gas pada wilayah Jawa Timur di rentang 2021 hingga 2022 mendatang.
Proyek dengan kapasitas produksi sale gas sebesar 192 MMSCFD tersebut nantinya akan dialirkan melalui Pipa transmisi Gresik-Semarang. Dengan cadangan gas JTB sebesar 2,5 triliun kaki kubik (TCF), JTB diharapkan dapat memberikan multiplier effect, khususnya untuk mengatasi defisit pasokan gas di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News