Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menunjukkan pelemahan dalam beberapa waktu terakhir. Tentunya, sentimen utama yang memengaruhi pelemahan ini adalah karena pandemi wabah virus Corona yang terus meluas.
Adapun ada penutupan Senin (23/3) lalu, rupiah di pasar spot berada di level Rp 16.575 per dolar AS. Sementara, pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) rupiah telah turun 3,29% dan berada di level Rp 16.608 per dolar AS.
Baca Juga: Pengamat: Dampak pelemahan rupiah ke harga BBM bisa diantisipasi dengan efisiensi
Tak dapat dimungkiri pelemahan nilai tukar ini juga akan berdampak pada sektor energi seperti Bahan Bakar Minyak (BBM). Namun demikian, Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, pelemahan nilai tukar ini belum berdampak pada perubahan harga BBM.
Fajriyah mengungkapkan, pihaknya saat ini akan terus memonitor perkembangan ekonomi makro, baik harga minyak dan gas (migas) maupun pelemahan nilai tukar.
"Sampai saat ini, Pertamina terus memonitor perkembangan makro, baik harga migas maupun nilai tukar. Sejauh ini kami belum ada rencana untuk perubahan harga BBM. Masih tetap sesuai dengan peraturan yang berlaku," ujar Fajriyah kepada Kontan.co.id, Selasa (24/3).
Baca Juga: Ada seruan di rumah saja, konsumsi LPG Pertamina naik 25%
Apabila nantinya pelemahan rupiah ini menyebabkan perubahan harga BBM, maka Pertamina akan menyesuaikan kebijakan sesuai dengan arahan dari Pemerintah Indonesia.
Kemudian, Fajriyah mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah ini tentu saja menjadi sentimen negatif bagi pelaku industri. Pasalnya, hal ini membuat harga dari kebutuhan operasional yang biasa digunakan oleh Pertamina akan meningkat.
"Pelemahan rupiah ini membuat barang-barang yang kami beli dari luar akan meningkat dari sisi nilainya," paparnya.
Baca Juga: Penyesuaian harga BBM punya urgensi tinggi di tengah terpuruknya harga minyak global
Lebih lanjut ia memaparkan, apabila pelemahan rupiah ini terus berlanjut sampai beberapa waktu ke depan, maka Pertamina akan terus memantau agar operasional tetap berjalan efisien. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi dampak negatif yang mungkin akan terjadi ke depannya.
"Secara rutin Pertamina sudah melakukan hedging sesuai ketentuan. Selanjutnya, operasional juga akan dipantau untuk tetap efisien dan efektif," kata Fajriyah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News