kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.175.000   4.000   0,18%
  • USD/IDR 16.742   -34,00   -0,20%
  • IDX 8.099   58,67   0,73%
  • KOMPAS100 1.123   8,34   0,75%
  • LQ45 803   6,91   0,87%
  • ISSI 282   2,37   0,85%
  • IDX30 422   3,62   0,87%
  • IDXHIDIV20 480   0,21   0,04%
  • IDX80 123   1,39   1,14%
  • IDXV30 134   0,51   0,38%
  • IDXQ30 133   0,20   0,15%

Kinerja Produsen CPO Mulai Membaik, Tapi Tantangan Produksi Masih Berat


Rabu, 06 Agustus 2025 / 11:46 WIB
Kinerja Produsen CPO Mulai Membaik, Tapi Tantangan Produksi Masih Berat
ILUSTRASI. Pekerja memuat tandan buah kelapa sawit ke dalam truk di kawasan perkebunan sawit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Sabtu (3/5/2025). PT Perkebunan Nusantara IV Regional I Sumatera Utara menargetkan produksi sawit tahun 2025 sebanyak 3,023,716,000 kilogram. ANTARA FOTO/Yudi Manar/foc.


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Memasuki paruh kedua 2025, kinerja produsen minyak kelapa sawit (CPO) mulai menunjukkan perbaikan meski masih terbatas.

Namun, tantangan produksi belum sepenuhnya mereda, seiring tekanan dari kondisi manufaktur dan biaya operasional yang meningkat.

Data S&P Global menunjukkan Indeks PMI Manufaktur Indonesia pada Juli 2025 naik ke level 49,2 dari 46,9 pada Juni. Meski membaik, PMI masih berada di zona kontraksi, di bawah ambang netral 50 sejak April lalu.

Baca Juga: Ekspor CPO Bebas Tarif ke Uni Eropa Dinilai Bisa Pulihkan Pendapatan Petani Sawit

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono mengakui adanya perbaikan tipis pada kinerja produsen sawit, baik dari sisi produksi, ekspor, maupun konsumsi domestik.

“Sampai dengan Mei, produksi dan ekspor naik sedikit. Konsumsi dalam negeri juga mengalami kenaikan,” kata Eddy kepada Kontan.co.id, Senin (5/8/2025).

Di tengah ketidakpastian global akibat tarif dagang Amerika Serikat (AS), ekspor CPO Indonesia tetap tumbuh.

Selain AS yang menjadi pasar besar, negara-negara seperti Mesir, kawasan Afrika, Eropa, hingga Timur Tengah mulai menunjukkan potensi permintaan yang meningkat.

Namun, pelaku industri masih menghadapi sejumlah tantangan serius. Eddy menyoroti kenaikan biaya produksi akibat naiknya upah minimum serta fluktuasi nilai tukar dolar yang membuat harga bahan baku impor seperti pupuk melonjak.

Baca Juga: Prospek Ekspor CPO RI Menguat di Tengah Kesepakatan Dagang Eropa dan Tarif AS

Tak hanya itu, persoalan legalitas lahan di kawasan hutan juga menjadi hambatan jangka panjang yang dapat mengganggu stabilitas produksi dan menghambat pelaksanaan kebijakan mandatori biodiesel.

“Kalau produksi stagnan, ekspor akan terdampak, apalagi jika mandatori biodiesel dinaikkan ke B50,” ujarnya.

Meski begitu, Eddy tetap optimistis prospek industri CPO masih positif. Diversifikasi pasar ekspor serta potensi penerapan kebijakan B40 di dalam negeri dinilai bisa menjadi motor pertumbuhan ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×