Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Defisit neraca minyak dan gas (migas) masih menjadi momok bagi neraca dagang Indonesia. Hal ini pula yang membuat current account deficit (CAD) Indonesia melebar. PT Pertamina (Persero) pun telah memiliki strategi tersendiri untuk membantu mengurangi defisit migas.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, pihaknya sudah berusaha mengoptimalisasi penyerapan minyak mentah di dalam negeri dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) domestik.
Baca Juga: Harga minyak kembali terkoreksi dibayangi kenaikan persediaan AS
Jadi, hasil produksi minyak mentah dari KKKS sebenarnya dapat diserap dan diolah oleh kilang-kilang domestik yang dimiliki oleh Pertamina.
“Optimalisasi tersebut membuat Pertamina sekarang bisa hasilkan sejumlah produk secara mandiri, seperti avtur dan solar sehingga tak perlu impor lagi,” ungkap dia ketika dihubungi Kontan, Kamis (24/10).
Selain itu, Pertamina juga telah melakukan penyaluran bahan bakar dengan implementasi biodiesel 20% atau B20 sesuai arahan pemerintah.
Namun, untuk mengurangi defisit neraca migas tak cukup sampai di situ. Apalagi, kendati impor migas Indonesia periode Januari-September turun jadi US$ 15,86 miliar, namun ekspor migas hanya mencapai US$ 9,42 miliar. Ini membuat neraca migas Indonesia masih defisit US$ 6,44 miliar.
Maka dari itu, Pertamina masih akan menggeber sejumlah program untuk meningkatkan ketahanan energi nasional di masa mendatang.
Baca Juga: Harga minyak dunia tetap lesu, kombinasi sentimen ini membayangi
Salah satunya dengan program Refinery Development Master Plan (RDMP) yang merupakan pengembangan dan modernisasi kilang-kilang Pertamina yang sudah ada. Kilang yang dimaksud meliputi Refinery Unit (RU) V Balikpapan, RU IV Cilacap, RU VI Balongan, dan RU II Dumai.