kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pertumbuhan ekonomi digital turut menopang bisnis emiten pergudangan


Minggu, 18 April 2021 / 17:06 WIB
Pertumbuhan ekonomi digital turut menopang bisnis emiten pergudangan
ILUSTRASI. Pren perdagangan digital menjadi katalis positif bagi bisnis logistik dan pergudangan.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meningkatnya tren perdagangan digital melalui e-commerce tak hanya menjadi katalis positif bagi bisnis logistik, tapi juga turut mengangkat bisnis pergudangan (warehouse). Pasar e-commerce yang diproyeksi terus tumbuh bakal menopang ekspansi perusahaan penyedia lahan atau sewa pergudangan.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bidang Properti dan Kawasan Ekonomi Sanny Iskandar menyampaikan, pandemi covid-19 tahun lalu tidak menyurutkan permintaan lahan untuk pergudangan. Segmen bisnis ini termasuk yang bisa bertahan, bahkan beberapa area bisa mencatatkan pertumbuhan hingga 20%-30%.

Permintaan pergudangan tahun lalu disokong oleh segmen usaha yang mampu bertahan di tengah pandemi, termasuk pertumbuhan e-commerce. Menurut Sanny, perdagangan digital tersebut berkontribusi  sekitar 20% terhadap bisnis pergudangan.

"E-commerce menyerap sekitar 20% dalam bisnis pergudangan yang tumbuh di lokasi kawasan-kawasan industri yang sangat dekat dengan ibu kota atau kota-kota besar," ujar Sanny kepada Kontan.co.id, Minggu (18/4).

Baca Juga: Perkuat sistem logistik di Jawa Barat, Ridwan Kamil gandeng anak usaha Krakatau Steel

Dia menambahkan, permintaan gudang masih terus tumbuh dalam 1 tahun-2 tahun ke depan. Untuk tahun ini, bisnis pergudangan diproyeksi masih terus tumbuh di rentang 20%-30%.

Dihubungi terpisah, Ketua Umum Asosiasi E-commerce Indonesia (IdEA) Bima Laga menyampaikan, gudang menjadi salah satu infrastruktur penting dalam menopang perdagangan digital. Terutama untuk membantu distribusi antar daerah mengingat geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan. "Tentu pertumbuhan pergudangan sangat dibutuhkan. Salah satu manfaatnya adalah menekan ongkos kirim," sebut Bima.

Selain lokasi, pertimbangan menentukan gudang juga menyangkut jenis produk yang akan disimpan serta biaya sewa. "Beberapa ada yang menyediakan pergudangan sendiri, ada yang kembali diserahkan ke seller. Tapi ada juga e-commerce agregator, yang juga menyediakan fasilitas pergudangan untuk seller-nya," terang Bima.

Baca Juga: Jones Lang LaSalle perkirakan sektor properti tahun ini bisa kembali bangkit

Mengintip Prospek dari e-commerce

Emiten yang memiliki segmen bisnis penjualan lahan dan sewa gudang pun mengintip prospek positif dari pertumbuhan e-commerce. Sekretaris Perusahaan PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) Muljadi Suganda mengungkapkan, pihaknya banyak menjual lahan dan standard factory building yang digunakan untuk pergudangan.

"Jika bicara tentang e-commerce, itu sudah mulai tumbuh di kawasan kami dalam kurun waktu kurang lebih 5 tahunan lalu, dimana Jababeka juga memiliki dry port," kata Muljadi kepada Kontan.co.id, Sabtu (17/4).

Muljadi mengamini, bisnis pergudangan akan sejalan dengan pertumbuhan e-commerce. Apalagi, letak Jababeka berdekatan dengan pasar terbesar e-commerce yang saat ini masih berada di Jakarta dan sekitarnya.

Baca Juga: Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Optimistis Bisnis Pergudangan Masih Bertumbuh

Meski belum memberikan gambaran melalui angka, tapi Muljadi memastikan bahwa pertumbuhan e-commerce sangat berdampak pada kontribusi penjualan lahan pergudangan di Jababeka. Dia optimistis, dengan ekonomi digital dan bisnis logistik yang terus bertumbuh, permintaan lahan untuk pergudangan juga bakal ikut meningkat.

"Dengan pertumbuhan ekonomi yang terus bertumbuh, maka pasar logistik juga akan bertumbuh karena e-commerce sudah menjadi kebutuhan. Tentu jika ada dorongan terhadap pertumbuhan e-commerce, akan menjadi katalis bagi pelaku usaha bisnis pergudangan," imbuh Muljadi.

PT Mega Manunggal Property Tbk (MMLP) juga melihat e-commerce sebagai tenant yang menjanjikan. Head of Coporate Finance & Investor Relations MMLP Asa Siahaan sebelumnya mengatakan, beberapa permintaan atas ruang gudang masih terus ada. 

Terutama dari sektor fast moving consumer goods (FMCG) dan e-commerce yang cukup tahan dalam kondisi pandemi. Tenant MLLP sebagian besar berasal dari bisnis FMCG, e-commerce dan logistik.

Baca Juga: Tren e-commerce berandil mendongkrak industri jasa logistik di Indonesia

Adapun, tenant dari segmen e-commerce sendiri menyumbang sekitar 25% dari okupansi gudang MMLP. Kendati demikian, Asa menekankan bisnis pergudangan erat kaitannya dengan kondisi ekonomi.

"Kami berharap kondisi ekonomi dapat membaik pasca pandemi tahun 2021 dan mendorong aktivitas bisnis dapat berjalan lebih baik sehingga dapat menciptakan demand atas space pergudangan," sebut Asa.

PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) juga melihat e-commerce sebagai prospek yang menjanjikan. Namun untuk saat ini, Vice President of Investor Relations & Corporate Communications SSIA Erlin Budiman menyebut, tenant dari e-commerce belum menopang keterisian gudang SSIA.

Alasannya, gudang SLP Karawang yang berlokasi di Suryacipta City of Industry masih dinilai jauh dari pusat market e-commerce di daerah sekitaran Jakarta. "Untuk e-commerce saat ini lokasi yang dicari oleh pelanggan masih daerah sekitaran Jakarta, Bekasi supaya jarak dekat dengan customers," kata Erlin.

Meski begitu, Erlin yakin, pertumbuhan e-commerce di tahun-tahun mendatang bakal memberikan kontribusi positif terhadap bisnis pergudangan SSIA. "Kami melihat ke depannya sangat banyak peluang untuk sektor ini. Kami terus berusaha menangkap peluang," ujar Erlin.

Baca Juga: Kemenkeu catat ada tiga sektor usaha yang telah memasuki zona positif

Emiten properti PT Intiland Development Tbk (DILD) juga memiliki bisnis pergudangan lewat proyek pengembangan Aeropolis di dekat Bandara Soekarno Hatta dan di Ngoro Industrial Park, Mojokerto. Sekretaris Perusahaan DILD Theresia Rustandi mengatakan, sejak akhir tahun lalu, bisnis pergudangan DILD mengalami tren kenaikan permintaan meski belum pulih seperti sebelum pandemi.

Namun saat ini bisnis pergudangan masih dalam kategori segmen pengembangan mixed use sehingga belum memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan. Mengenai ekonomi digital, Theresia lebih menyoroti strategi pemasaran DILD untuk meningkatkan penjualan.

Untuk melengkapi strategi konvensional, DILD bakal memperkuat pemasaran digital, termasuk untuk produk pergudangan. "Pemasaran digital cukup efektif untuk mendapatkan potential leads dan pejualan. Dengan cara tersebut kami bisa menjangkau potensi pasar lebih luas, lebih mudah, dan lebih sesuai target konsumen," pungkas Theresia.

Baca Juga: Ekonomi digital di Indonesia tumbuh subur

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×