Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) menyiapkan strategi untuk mengamankan pasokan di tengah penurunan produksi gas dari kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) dan keterbatasan jaringan infrastruktur.
Kenaikan permintaan pelanggan turut memperlebar kesenjangan antara pasokan dan konsumsi gas bumi.
Corporate Secretary PGN Fajriyah Usman mengatakan, penurunan alami produksi atau natural decline di lapangan gas hulu menjadi faktor utama tergerusnya suplai.
Apalagi, PGN tidak memproduksi gas sendiri, sehingga sangat bergantung pada kinerja pemasok di hulu.
Baca Juga: Perusahaan Gas Negara (PGAS) Hadapi Tantangan Pasokan Gas, Cek Rekomendasi Analis
“Apabila misalnya dari sisi hulu terjadi penurunan natural decline gitu ya, terus kemudian juga ada rencana-rencana operasional di hulu juga yang terganggu, pastinya itu akan juga memengaruhi dari pasokan gas yang ada,” kata Fajriyah di Jakarta, Rabu (13/8).
Fajriyah menuturkan, hambatan pasokan juga bersumber dari keterbatasan infrastruktur. Saat ini, pipa gas PGN baru menghubungkan wilayah Sumatra dan Jawa, sementara cadangan gas besar berada di kawasan timur Indonesia.
"Infrastruktur sampai saat ini kita masih dalam progres untuk memperluas jaringan-jaringan gas kita ke daerah lain,” katanya.
Untuk menutup celah pasokan, PGN memanfaatkan liquefied natural gas (LNG) yang diolah di fasilitas Floating Storage Regasification Unit (FSRU) Lampung. Pemanfaatan LNG meningkat seiring keterbatasan suplai melalui pipa.
Baca Juga: Perusahaan Gas Negara (PGN) Teken Perjanjian Jual Beli Gas dengan Inpex Masela
“Sekarang sudah semakin banyak [LNG] karena memang adanya keterbatasan pasokan dari gas pipa. Jadi, fasilitas kami untuk regasifikasi juga semakin meningkat gitu ya optimalisasinya,” ungkap Fajriyah.
Meski begitu, LNG tidak lepas dari tantangan harga. Proses regasifikasi menambah biaya, sehingga harga LNG cenderung lebih tinggi ketimbang gas pipa.
“Memang harga dari LNG itu juga lebih tinggi dari harga gas pipa, yaitu akhirnya memang menjadi salah satu hal yang memengaruhi harga gas secara umum di industri,” jelasnya.
Baca Juga: Perusahaan Gas Negara (PGAS) Tebar Dividen Tunai US$ 271,5 Juta, Cek Jadwalnya
Selain menggenjot LNG, PGN intensif berkomunikasi dengan KKKS untuk memastikan ketersediaan pasokan. Pertemuan rutin dilakukan, baik langsung dengan pemasok maupun melalui pemerintah.
Sebagai pembeli gas sekaligus pemilik jaringan distribusi, PGN terlibat dalam pembahasan rencana penyaluran dari lapangan gas baru, seperti proyek Andaman dan Masela.
“Secara reguler selalu ada pembahasannya, yang Andaman, yang Masela. Harapannya, PGN bisa menjadi bagian dari perusahaan gas yang bisa mendapatkan hasil dari sumur-sumur baru itu,” pungkas Fajriyah.
Berdasarkan catatan KONTAN, PGN mengalokasikan 67% dari total Capital Expenditure (Capex) tahun ini untuk pembangunan infrastruktur gas. Total Capex PGN 2025 diperkirakan mencapai sekitar US$ 338 juta atau setara Rp 5,53 triliun.
Baca Juga: Bakal Bangun Jargas 2025, Perusahaan Gas Negara (PGAS) Anggarkan Capex US$ 29 Juta
Dari jumlah tersebut, sekitar US$ 226,46 juta difokuskan untuk menjangkau sumber gas di hulu, terutama melalui pembangunan jaringan pipa dan terminal Liquefied Natural Gas (LNG) atau gas alam cair.
Porsi Capex tersebut diarahkan untuk penguatan infrastruktur hilir, mencakup pembangunan jaringan pipa transmisi-distribusi dan terminal LNG.
Beberapa proyek strategis yang tengah berjalan meliputi pembangunan Pipa Tegal–Cilacap untuk menyalurkan gas dari Jawa Timur ke Cilacap, proyek pipa transmisi gas bumi Cirebon–Semarang (Cisem) tahap II pada ruas Batang–Kandang Haur Timur sepanjang 245 km, serta proyek Pipa Sumatera Utara–Riau (Sutri) yang mengintegrasikan jaringan pipa gas di Sumatra dan Jawa serta menyalurkan potensi gas bumi dari Wilayah Kerja Andaman, Aceh.
Selanjutnya: Sejahteraraya Anugrahjaya (SRAJ) Siap Melunasi Obligasi Senilai Rp 407,9 Miliar
Menarik Dibaca: Promo Genki Sushi Paket Rame-Rame Agustus 2025, 8 Jenis Sushi Harga Spesial
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News