Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI) meminta pemerintah meningkatkan infrastruktur pascapanen seperti menyediakan silo dan dryer, khususnya di sentra produksi jagung. Dengan infrastruktur memadai, kualitas jagung petani bisa lebih terjaga.
Sholahuddin, Ketua APJI mengatakan, karena kualitas jagung yang kurang baik, harga pembelian yang diterima petani lebih rendah. Padahal, diperkirakan tahun ini produksi jagung akan lebih baik dibandingkan tahun lalu.
“Peningkatan produksi yang tinggi tidak dibarengi dengan pasca panen yang bagus. Dikhawatirkan harga akan jatuh,” ujar Sholahuddin kepada Kontan.co.id, Rabu (31/1).
Menurut Sholahuddin, saat ini petani banyak yang mengeringkan jagungnya dengan cara-cara tradisional. Cara-cara ini dianggap dapat menurunkan kualtias jagung. Kadar airnya pun masih tinggi karena hanya dijemur begitu saja.
Hal ini pun berdampak pada petani yang berasal dari wilayah yang jauh atau yang di daerahnya tidak ada industri pakan ternak. “Distribusi jagung dari petani ke industri sangat susah. Mau tidak mau harus dibawa ke Jawa, sementara kalau dibawa ke Jawa tidak bisa karena kualitasnya tidak tepat,” tambah Sholahuddin.
Akhirnya, saat produksi jagung melimpak, banyak petani di wilayah tertentu yang menjual jagungnya kepada tengkulak yang memiliki modal besar. Jagung tersebut dijual dengan harga yang murah. Nantinya, tengkulak akan menjual ke industri dengan harga yang lebih tinggi.
Saat ini rata-rata harga jagung di tingkat petani dengan kadar air sekitar 30% sekitar Rp 2.000 – Rp 2.200 per kg. Sementara, di tingkat pabrik harga jagung sekitar Rp 3.500 – Rp 3.600 per kg dengan kadar air 15%-17%.
Menurut Sholahuddin, di masa panen raya jagung yang akan berlangsung pada Februari hingga Maret, harga jagung akan terus menurun. “Kemungkinan besar harga akan turun, saat ini saja masih menjelang panen, harnya sudah turun,” kata Sholahuddin.
Lebih lanjut Sholahuddin memperkirakan, produksi jagung tahun ini lebih baik dibandingkan sebelumnya. Hal ini dikarenakan curah hujan yang lebih baik dan adanya upaya peningkatan areal tanam jagung. Bahkan, menurutnya, pada panen yang akan berlangsung tahun ini, jagung yang dihasilkan akan lebih dari 55% dari total produksi.
Sholahuddin pun berharap tidak ada impor jagung tahun ini. Menurutnya, hal ini dapat merugikan petani mengingat harga jagung impor yang lebih murah dibandingkan harga jagung lokal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News