Reporter: Dityasa H. Forddanta | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi yang tak kunjung usai membuat PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) harus mengambil inisiatif dan terobosan. Ini perlu dilakukan supaya subholding migas ini mampu menjalankan peran strategis dalam pemanfaatan sumber daya.
"Secara bisnis, PGAS terus mendorong berbagai kebijakan efisiensi," ujar Komisaris Utama PGAS Arcandra Tahar dalam keterangan tertulis, Kamis (3/6). Kebijakan ini telah PGAS implementasikan untuk proyek Pipa Minyak Rokan sepanjang 360 kilometer (km).
Dalam rancangan awal, proyek yang dikerjakan oleh Pertagas itu membutuhkan belanja modal atau capital expenditure (capex) hingga US$ 450 juta. Setelah dikaji ulang, proyek tersebut bisa berjalan dengan capex US$ 300 juta.
Baca Juga: Per April 2021, PGN (PGAS) laporkan realisasi kinerja operasional yang beragam
Efisiensi itu tercapai salah satunya berkat pemanfaatan teknologi. "Jadi tiga aspek utama efisiensi itu adalah teknologi, sumber daya manusia dan proses bisnis yang dibuat secara efisien," imbuhnya.
Dia menambahkan, key performance indicator (KPI) pegawai dan direksi PGAS saat ini telah diperbaiki. Semula, KPI berdasarkan jumlah investasi yang dilakukan, saat ini diperbaiki menjadi berapa banyak return yang dihasilkan dari sebuah investasi.
"Investasi merupakan tantangan di industri migas. Namun yang penting dipahami dan harus dilakukan adalah seberapa besar investasi yang dilakukan itu mampu memberikan profit bagi perusahaan. Menurut hemat kami itu akan menjadi kunci bagi BUMN seperti PGAS bisa berkembang dengan baik," lanjutnya.
Arcandra mengakui bahwa tidak mudah untuk mengubah mindset dari sisi sumber daya manusia. Jika sebelumnya melihat investasi dari jumlahnya yang sebanyak mungkin menjadi berapa banyak return investasi untuk perusahaan.
Untuk mengubah mindset itu pihaknya berusaha memberikan pengertian dan training kepada seluruh pegawai dan manajemen di PGN. Bahwa dalam mengelola sebuah korporasi profit itu penting dan inilah yang menjadi kunci tumbuhnya sebuah perusahaan.
"Kami juga memberikan pengertian kepada stakeholder. Bahwa sebaiknya KPI yang diukur di PGN bukan pada jumlah investasinya, tetapi pada return yang harus diperoleh dari sebuah investasi. Di industri migas rata-rata internal rate return dari sebuah investasi itu minimal sekitar 15 persen," imbuhnya.
Baca Juga: Masuki usia 56 tahun, PGN berkomitmen dorong infrastruktur gas bumi
Arcandra menegaskan bahwa profitabilitas penting untuk menjaga keberlangsungan usaha PGN ke depan. Karena itu laporan keuangan menjadi sangat krusial. Jika laporan keuangannya negatif tentunya juga akan memberikan dampak negatif terhadap perusahaan.
"Kami di PGN berusaha agar kinerja keuangan terus membaik, sehingga ketika perusahaan membutuhkan pendanaan dari luar bisa mendapatkan yield yang kompetitif. Berbagai hal tersebut menjadi konsen utama PGN agar perusahaan dapat tumbuh secara wajar sesuai harapan pemerintah dan pemegang saham lainnya," tegasnya.
Pada kuartal I-2021, PGAS membukukan pendapatan sebesar US$ 733,15 juta. Sementara laba bersih yang dapat distribusikan ke pemilik entitas induk mencapai US$ 61.5 juta atau Rp 870 miliar (kurs IDR/US$: Rp 14.147). Jumlah tersebut meningkat dibandingkan periode sama pada kuartal I 2020 sebesar US$ 47,7 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News