kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,58   -2,96   -0.33%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PLN Mau Ekspor Hidrogen Hijau ke Singapura, Ini Kata Kementerian ESDM


Minggu, 29 Oktober 2023 / 15:57 WIB
PLN Mau Ekspor Hidrogen Hijau ke Singapura, Ini Kata Kementerian ESDM
ILUSTRASI. PT PLN yang saat ini mulai mengembangkan hidrogen hijau berencana akan mengekspor produk ini ke Singapura. ANTARA FOTO/Indrayadi TH


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. PT PLN yang saat ini mulai mengembangkan hidrogen hijau berencana mengekspor produk ini ke Singapura melalui pipa bawah laut. Wacana ini menyusul terjalinnya perjanjian studi pengembangan antara PLN dengan Sembcorp Utilities Pte Ltd, anak perusahaan Sembcorp Industries (Sembcorp).

Di dalam perjanjian tersebut, PLN dan Sembcorp akan melakukan studi penjajakan kelayakan produksi hidrogen ramah lingkungan di Indonesia. Melalui aksi ini, keduanya akan membangun fasilitas hidrogen yang berpotensi memproduksi hingga 100.000 ton hidrogen hijau per tahun di Indonesia dengan menggunakan energi terbarukan dari lokal. 

Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana menjelaskan hidrogen hijau akan digunakan untuk dalam negeri. Namun jika kondisi di dalam negeri berlebih dan belum diperlukan, tentu produk tersebut akan diekspor. 

Baca Juga: Harus Ada Kemauan Politik, Uni Eropa Dukung Percepatan Transisi Energi di Indonesia

“Kalau hidrogen yang dibilang PLN, sering disampaikan pemerintah itu hidrogen yang dibuat dari energi terbarukan. Jadi dari energi terbarukan dikonversi menjadi hidrogen hijau,” jelasnya ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (27/10). 

Dadan mengakui, saat ini Indonesia tengah didorong untuk memanfaatkan hidrogen sebagai salah satu sumber pembawa energi (energy carrier). Meski di dalam roadmap sudah tertera, dia bilang, pemanfaatan secara masif perlu waktu sehingga prosesnya  bertahap. 

Menurut proyeksi Kementerian ESDM, hidrogen hijau akan memainkan peran penting dalam dekarbonisasi sektor transportasi yang akan dimulai pada tahun 2031, dan sektor industri dimulai pada tahun 2041. 

“Di sektor industri arahnya sekarang menggunakan sumber hidrogen dalam bentuk panas,” ujarnya. 

Hidrogen telah dimanfaatkan di Indonesia dalam sektor industri, terutama sebagai bahan baku pupuk. Konsumsi hidrogen di Indonesia saat ini berkisar 1,75 juta ton per tahun, dengan pemanfaatan didominasi untuk urea (88%), amonia (4%) dan kilang minyak (2%).

Kementerian ESDM dan pemerintah Jerman melalui Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit GmbH (GIZ) telah mempelajari potensi pasar hidrogen hijau di Indonesia, sekitar 1.895 kT/tahun pada tahun 2021, termasuk untuk industri (Urea, Amonia, Refinery, Methanol), dan permintaan lainnya seperti pembuatan biofuel, baja hijau, jaringan pulau, dan sel bahan bakar kendaraan berat.

Baca Juga: PLN Bidik Pendapatan Tambahan Rp 2,6 Triliun di 2027 dari Jualan Panel Surya Atap

Belum lama ini, VP Business Development-Generation PT PLN Nusantara Power, Yama Bellatrixiana menjelaskan, saat ini PLN memulai inisiatif mengembangkan hidrogen. Namun saat ini produk hidrogen hijau ini harganya masih cukup mahal. 

“Selama listrik nya dari renewable energy ini masih mahal, belum bisa memenuhi tarif itu, berarti produksi hidrogennya mungkin masih cukup mahal,” ujarnya di sela acara “Pathways to a Prosperous Indonesia Powered by Renewable Energy” How Team Europe can Support a Just Energy Transition in Indonesia di Jakarta, Selasa (24/10). 

Yama menjelaskan, saat ini pihaknya sudah mulai mengembangkan hidrogen hijau, baru berupa pilot project, di kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Muara Karang kapasitas 400 Kw. Green Hydrogen Plant (GHP) ini mampu memproduksi 51 ton hidrogen hijau. 

Menurutnya, proyek pertama ini mencerminkan keberhasilan teknologi hidrogen hijau sehingga ke depan PLN tinggal mencari proyek dengan skala ekonomi yang cocok demi  menghasilkan hidrogen hijau dalam kapasitas lebih besar. 

Sebelumnya, Direktur Utama PLN Nusantara Power, Ruly Firmansyah mengatakan hydrogen plant sudah ada di pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU) Muara Karang untuk memproduksi hidrogen yang digunakan untuk mendinginkan mesin pembangkit listrik. 

Baca Juga: UE Siap Gelontorkan Dana JETP Asal Kerangka Hukum Transisi Energi di Indonesia Jelas

“Dari empat electrolyzer yang terpasang pada hydrogen plant, unit pembangkit (UP) Muara Karang bisa menghasilkan 51 ton per tahun. Dari total produksi hidrogen tersebut, pihaknya hanya memanfaatkan 8 ton per tahun untuk pendingin generator pembangkit,” terangnya dalam keterangan resmi Rabu (11/10). 

Melihat potensi yang ada, pihaknya melakukan inovasi dengan memanfaatkan solar PV yang sudah terpasang di Kawasan PLTGU Muara Karang ditambah dengan Renewable Energy Certificate (REC) dari pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Kamojang. Dengan cara tersebut, maka pihaknya dapat memproduksi 100% hidrogen hijau.

“Kini selain untuk pendingin mesin pembangkit, hidrogen hijau juga bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain untuk industri pupuk, industri bahan kimia, cofiring pembangkit, hingga untuk Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV),” ucap Ruly.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyatakan, ke depan PLN terus mengembangkan GHP di 15 pembangkit lain milik PLN. 

“Dari total tersebut diperkirakan memiliki potensi kapasitas hidrogen mencapai 222 ton per tahun,” tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×