Reporter: Handoyo | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Ajang pameran perdagangan internasional, Trade Expo Indonesia (TEI) ke-29, menempatkan produk makanan olahan menjadi primadona. Selain ditempatkan di hall khusus, produk ini makin diapresiasi setelah mampu mencatatkan kenaikan ekspor hingga 12,76%.
Para buyers mengapresiasi dari segi kualitas, kemasan, hingga story telling di balik penciptaan produk. "Tren produk makanan olahan di mancanegara saat ini selain produk organik adalah produk yang low glycemic, gluten free, genetically modified organisms free, serta produk yang memperhatikan petani dan produsen secara ethical trade, " kata Sulistyawati, Direktur Pengembangan Produk Ekspor Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional (PEN), dalam siaran persnya, Senin (13/10).
Perhatian para buyers tak semata-mata pada kualitas produk. Proses terciptanya produk itu pun menjadi perhatian para pengusaha di era global. Para petani dan produsen yang mengindahkan ethical trade akan diapresiasi oleh dunia, tak terkecuali perhatiannya pada lingkungan.
Nilai ekspor produk makanan olahan Indonesia pada 2013 mencapai US$ 4,63 miliar. Sedangkan nilai ekspor pada periode Januari-Juli 2014 sebesar US$ 2,98 miliar atau mengalami peningkatan 12,76% dibanding nilai ekspor periode yang sama tahun 2013. Dilihat dari tren pertumbuhan ekspor makanan olahan selama periode 2009-2013, produk ini mengalami pertumbuhan positif sebesar 15,43% per tahun.
Sementara itu, negara utama tujuan ekspor produk makanan olahan Indonesia pada periode Januari-Juli 2014 adalah Amerika Serikat dengan nilai ekspor US$ 423,63 juta dengan pangsa ekspor mencapai 14,19%. Disusul Malaysia US$ 343,9 juta (11,52%), Filipina US$ 288,3 juta (9,65%), RRT US$ 182,46 juta (6,11%), dan Kamboja US$ 178,84 juta dengan pangsa 5,99%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News