Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri alat berat di Indonesia kembali menggeliat memasuki tahun 2021. Hal ini ditunjukkan oleh melonjaknya produksi alat berat nasional.
Berdasarkan data Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi), produksi alat berat dalam negeri per kuartal I-2021 tercatat sebesar 1.417 unit atau tumbuh sekitar 45% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu. Produksi alat berat di kuartal I-2021 juga mendekati 50% dari total produksi sepanjang tahun 2020 sebanyak 3.427 unit.
Hydraulic Excavator masih menjadi jenis alat berat yang terbanyak diproduksi di kuartal I-2021 yakni mencapai 1.331 unit.
Ketua Umum Hinabi Jamalludin mengatakan, kenaikan harga sejumlah komoditas, khususnya batubara, menjadi katalis utama yang membuat permintaan alat berat melesat di tiga bulan pertama tahun ini. Sebab, para produsen batubara nasional mulai gencar lagi memproduksi batubara sehingga membutuhkan tambahan alat berat.
Baca Juga: United Tractors (UNTR) sudah serap capex Rp 352 miliar pada awal tahun ini
Sekadar catatan, harga batubara acuan (HBA) mencapai level US$ 89,74 per ton pada bulan Mei 2021 atau lebih tinggi dibandingkan HBA di bulan sebelumnya senilai US$ 86,68 per ton. “Produksi masih didominasi hydraulic excavator. Ada pula dump truck yang banyak diproduksi untuk sektor tambang,” ujar dia, Jumat (7/5).
Jamalludin masih memperkirakan bahwa produksi alat berat nasional hingga akhir tahun nanti mencapai kisaran 5.000 unit. Di samping sektor pertambangan, produksi alat berat juga akan ditopang oleh proyek-proyek infrastruktur yang mulai kembali ramai pada tahun ini.
Secara umum, lanjut dia, sektor pertambangan dan infrastruktur berkontribusi paling besar terhadap produksi alat berat di tiap tahun, yakni masing-masing memiliki porsi produksi sebanyak 30%. Adapun sisa produksi alat berat berasal dari sektor kehutanan (forestry) dan perkebunan yang masing-masing berkontribusi 20% dari total produksi yang ada.
Pihak Hinabi berharap pemerintah turut andil dalam memperketat kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk alat berat. Ini mengingat tingginya permintaan membuat peluang maraknya penggunaan impor alat berat mencuat, sehingga produk-produk alat berat di dalam negeri mesti ditingkatkan kualitasnya supaya bisa bersaing.
“Insentif yang kami harapkan adalah penggunaan alat berat yang sudah diproduksi di Indonesia dengan pengetatan TKDN,” tandas Jamalludin.
Sementara itu, PT United Tractors Tbk (UNTR) turut mencetak kenaikan kinerja sektor bisnis alat berat pada kuartal I-2021. Tercatat, penjualan alat berat Komatsu di kuartal I-2021 mencapai 688 unit atau tumbuh 11,50% (yoy) dibandingkan penjualan alat berat di kuartal I-2020 sebesar 617 unit.
Mayoritas penjualan alat berat UNTR di kuartal I-2021 berasal dari sektor tambang sebesar 42%, konstruksi 31%, kehutanan 17%, dan perkebunan 10%.
Sekretaris Perusahaan UNTR Sara K. Loebis mengaku, penjualan alat berat UNTR cukup terbantu oleh perbaikan kinerja di sektor pertambangan serta konstruksi seiring berlangsungnya sejumlah proyek infrastruktur.
Sebelumnya, UNTR menargetkan penjualan alat berat di 2021 sebanyak 1.700 unit. Namun, seiring melesatnya penjualan di kuartal I-2021, UNTR memutuskan untuk mengerek target penjualan alat beratnya di sisa tahun ini. “Melihat prospek di kegiatan tambang dan konstruksi, kami sesuaikan target di tahun ini menjadi sekitar 2.500 unit,” ungkap Sara, hari ini (7/5).
Lantaran UNTR bertindak sebagai distributor, lantas kenaikan target penjualan tersebut tidak membuat perusahaan ini mesti merogoh kocek investasi untuk urusan produksi alat berat.
Selanjutnya: Segmen alat berat & emas akan menopang United Tractors, begini rekomendasi saham UNTR
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News