Reporter: Dadan M. Ramdan | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produksi pada dalam negeri terus menurun dalam beberapa tahun terakhir.Data Badan Pangan Nasional mencatat, produksi beras Januari-Agustus 2024 diperkirakan hanya 21,39 juta ton, angka ini lebih rendah 2,24 juta ton dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Sedangkan total konsumsi beras periode Januari-Agustus 2024 diperkirakan mencapai 20,58 juta ton, lebih tinggi 210.000 ton atau naik 1,03% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Pengamat Pertanian dari CORE, Eliza Mardian mengatakan, penurunan produktivitas padi disebabkan karena degradasi kualitas lahan, diperparah serangan hama penyakit serta rendahnya adopsi benih yang high yielding, climate resilience dan pest resilience di level petani.
Baca Juga: Pupuk Indonesia Dorong Distributor Optimalkan Penyerapan Pupuk Bersubsidi
"Petani kita banyak yang masih menggunakan varietas lama yang produktivitasnya rendah dan kurang tahan hama penyakit," katanya kepada KONTAN, Selasa (20/8/2024).
Penyebab lainnya adalah kondisi infrastruktur pendukung dasar seperti irigasi ini yang mengalami kerusakan sedang hingga parah akibat maraknya konversi lahan.
"DAK fisik tahun 2024 untuk irigasi pun hanya sekitar Rp 1,68 triliun untuk seluruh Indonesia. Ini enggak cukup. Pemerintah perlu memprioritaskan belanjanya untuk membangun infrastruktur pertanian secara serius,"jelasnya.
Anehnya Eliza bilang, DAK fisik untuk jalan tematik food estate saja menelan Rp 1,1 triliun. "Ini kan semestinya diprioritaskan untuk irigasi se-Indonesia dulu," ujarnya.
Baca Juga: Meningkat, Belanja Negara pada 2025 Direncanakan Sebesar Rp 3.613 Triliun
Sejatinya, sektor pertanian ini kurang memadai dari segi pendanaannya, dari private sektor kurang, pun dari APBN ytak memadai dan kurang skala prioritas.
"Sektor pertanian kita akan kurang produktif jika dari sisi infrastruktur mendasarnya saja tidak memadai," tandas Eliza.
Setali tiga uang. Dari sisi regulasi juga belum ada yang mengatur kolaborasi riset dan memasifkan produk riset, sehingga bisa diterapkan secara luas oleh para petani.
Padahal, ekosistem riset dan inovasi yang memadai dan melibatkan lintas aktor adalah kunci meningkatkan produktivitas komoditas pangan dalam negeri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News