Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Produktivitas kelapa sawit Indonesia tengah mengalami stagnansi dalam beberapa tahun terakhir. Sayangnya ini turut memberi dampak ke kinerja ekspor sawit yang mengalami penurunan.
Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Fenny Sofyan menjelaskan, produksi CPO dalam kurun empat tahun terakhir relatif stagnan bahkan tidak menggembirakan.
Selain itu, kata dia, tingginya konsumsi dalam negeri terlebih pasca Covid-19 turut berdampak pada tren ekspor CPO.
Baca Juga: Triputra Agro Persada (TAPG) Optimistis Target Produksi CPO di 2024 Tercapai
“Ini tidak bisa kita lepaskan impact dari produksi, kemudian konsumsi yang besar dalam negeri memberikan impact yang besar pada kinerja ekspor,” ujarnya di Gedung Kementerian Pertanian, Jakarta, Kamis (4/7).
Selain itu, Fenny menuturkan, peraturan yang diterapkan negara-negara tujuan ekspor CPO Indonesia secara langsung maupun tidak langsung turut mempengaruhi kinerja ekspor Tanah Air.
Di sisi lain, Fenny mengungkapkan bahwa umur tanaman sawit yang cenderung tua turut memberikan persoalan terhadap produktivitas. Dia bilang, 40% atau sekitar 6,75 juta hektare lahan sawit berumur tua.
Baca Juga: Dana Program Peremajaan Sawit Naik, Cisadane Sawit CSRA) Belum Rasakan Dampaknya
“Komposisi tanaman 40% masuk kondisi tua, untuk itu perlu adanya percepatan Program Strategis Nasional (PSN), jadi edukasi terkait pentingnya peremajaan kelapa sawit,” terangnya.
Meski demikian, Gapki memproyeksikan total produksi CPO dan turunannya hingga akhir tahun 2024 bisa mencapai 59,27 juta ton, sementara ekspornya bisa mencapai 34,14 juta ton.
Untuk diketahui, berdasarkan data Gapki, tercatat total produksi kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) dan turunannya hingga April 2024 mencapai 17,79 juta ton, nilai ini naik tipis sebesar 0,56% year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun 2023 mencapai 17,89 juta ton.
Sementara itu, total ekspor kelapa sawit dan produk turunannya mencapai 10,63 juta ton hingga April 2024, merosot 8,65% yoy dibandingkan periode sama tahun 2023 yang sebesar 9,71 juta ton.
Baca Juga: Target Penerapan Bioavtur 5% Tahun Depan Dinilai Sulit Tercapai, Ini Alasannya
Adapun nilai ekspor CPO beserta turunannya mencapai US$ 8,25 juta hingga April 2024, merosot 14,68% yoy dibandingkan periode sama tahun 2023 yang mencapai US$ 9,67 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News