Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Progres pembangunan pabrik pemurnian dan pengolahan (smelter) PT Freeport Indonesia (PTFI) dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) berjalan sesuai rencana.
Capaian pengerjaan smelter pengolah konsentrat tembaga dari kedua perusahaan tersebut bahkan melebihi target evaluasi enam bulanan yang digelar Juli 2019.
Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Yunus Saefulhak mengungkapkan, progres pembangunan smelter PTFI kini mencapai 3,21%. Yunus bilang, capaian tersebut lebih tinggi dari rencana enam bulanan yang ditarget mencapai 2,76%.
Baca Juga: Harga batubara rendah, realisasi PNBP minerba kuartal III baru 68,76% dari target
"Artinya, kemajuan fisik yang dicapai lebih tinggi atau 116%. Itu merupakan hasil verifikasi terkini yang dilakukan oleh surveyor," kata Yunus kepada Kontan.co.id, Minggu (6/10).
Sebenarnya, progres smelter PTFI pada evaluasi Februari 2019 lalu sudah mencapai 3,86%. Namun, lantaran ada penambahan investasi dari US$ 2,59 miliar menjadi US$ 2,8 miliar, serta ada perubahan teknologi dari Mitsubishi menjadi Outotex, maka penghitungan terhadap progres pembangunan smelter pun disesuaikan.
"Jadi progres yang sekarang itu sudah ada penyesuaian dengan perubahan tersebut," ujar Yunus.
Baca Juga: Tertekan harga batubara, realisasi PNBP minerba kuartal III baru 68,76% dari target
Sementara itu, terkait dengan penyerapan belanja modal, Yunus mengatakan bahwa pengerjaan smelter tembaga yang berlokasi di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur itu sudah menghabiskan biaya sebesar US$ 151,7 juta. "Saat ini tahapan pengerjaan yang dilakukan masih pematangan lahan," ujar Yunus.
Sebelumnya, Direktur Utama Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan bahwa rogres pembangunan smelter berkapasitas 2 juta ton konsentrat tembaga itu masih dalam fase persiapan lahan yang antara lain mencakup pemadatan tanah.
Tony optimistis, fase konstruksi bisa dimulai pada awal 2020, dan smelter dapat selesai sesuai target. Yakni pada akhir tahun 2022 atau paling lambat lima tahun sejak terbitnya Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) yang diterima bersamaan dengan transaksi divestasi oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) pada 21 Desember 2018 lalu.
"Ini akan terus kita selesaikan dan diharapkan pada akhir tahun 2022 pembangunan smelter sudah selesai," kata Tony beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Likuidasi aset di China, begini kata analis soal prospek AKR Corporindo (AKRA)
Sedangkan untuk smelter konsentrat tembaga lainnya, yakni milik PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT), saat ini progres kumulatifnya sudah mencapai 18,65%. Dalam laporan kemajuan fisik yang disusun oleh PT Sucofindo itu, Yunus mengatakan bahwa progres enam bulanan smelter AMNT tersebut mencapai 107,59%, karena target awal yang disusun diproyeksikan hanya mencapai 17,34%.
Yunus menerangkan, tahapan pembangunan yang sudah dan sedang dikerjakan AMNT adalah studi kelayakan dan lingkungan, akuisisi lahan, Ground Improvement dan tahapan desain terperinci atau Front End Engineering Design (FEED). Untuk mengerjakan tahapan tersebut, anggaran investasi yang sudah terserap mencapai US$ 242,96 juta.
Adapun, smelter AMNT ini berlokasi di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Smelter AMNT direncanakan memiliki kapasitas input sebesar 1 juta ton per tahun dan dapat ditingkatkan hingga 1,6 juta atau 2 juta ton per tahun.
Baca Juga: Aksi merger dan akuisisi tahun ini diperkirakan menurun
Kapasitas tersebut dapat memproses konsentrat baik dari tambang Batu Hijau, maupun suplai potensial dari tambang Elang yang saat ini dalam tahap eksplorasi, atau pun dari sumber pemasok konsentrat lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News