kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,40   8,81   0.99%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Proses PKPU kelar, begini ikhtiar Wimcycle lepas dari jeratan utang


Minggu, 29 Desember 2019 / 15:32 WIB
Proses PKPU kelar, begini ikhtiar Wimcycle lepas dari jeratan utang
ILUSTRASI. Proses PKPU kelar, Wimcycle lepas dari jeratan utang. KONTAN/Fransiskus Simbolon/04/11/2011


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada awal tahun ini, kondisi perusahaan pionir sepeda lokal, PT Wijaya Indonesia Makmur Bycicle Industries, produsen sepeda Wimcylcle sedang terpuruk akibat terlilit utang kepada sejumlah kreditur dan pinjaman perbankan. Hal ini disebabkan terkikisnya pendapatan perusahaan akibat gempuran sepeda impor dari China. 

Setelah masalah ini heboh, PT Insera Sena yang merupakan produsen Polygon tadinya akan mengakuisisi dan mengambil alih utang Wimcycle. Namun, kabar terakhir Insera Sena tidak jadi mengakuisisi Wimcycle. 

Baca Juga: Ekspansi Penambahan BTS Indosat (ISAT) Bakal Tuntas Pekan Ini

Melansir catatan Kontan sebelumnya di 2 Januari 2019, PT Wijaya Indonesia Makmur Bicycle Industries tengah menjalani proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang diajukan secara suka rela di Pengadilan Niaga Surabaya, Jawa Timur, dengan nomor perkara 47/Pdt.Sus-PKPU/2018/PN Niaga Sby sejak 23 November 2018.

Permohonan PKPU ini dikabulkan pada 6 Desember 2018 karena melihat kondisi keuangan yang dinilai bermasalah. Dalam berkas perkara permohonan PKPU, saldo utang Wimcycle mencapai Rp 504,03 miliar yang berasal dari 37 kreditur. Selain itu ada juga tagihan yang didominasi dari pinjaman perbankan dengan jumlah tujuh kreditur senilai Rp457,24 miliar.

Adapun permasalahan menumpuknya utang karena pendapatannya terkikis terus akibat gempuran sepeda impor asal China. Kendati demikian, permasalahan ini sudah selesai pada 18 September 2019 dengan hasil damai.  

Baca Juga: Asyik, seni musik dan pertunjukan kebagian jatah pendanaan Bekraf di tahun depan

Direktur Insera Sena, William Gozalli menjelaskan hasil dari pembicaraan internal dan proses utang yang sudah selesai di Wimcycle, perusahaan tidak jadi mengakuisisi. "Polygon merasa masalah tersebut sudah diselesaikan dengan sendirinya," ujarnya kepada Kontan.co.id Jumat (13/12). 

William menyatakan setelah proses evaluasi internal diputuskan untuk tidak mengakuisisi Wimcycle. 

Dihubungi terpisah, pengurus PKPU Wimcycle Rifwaldi Rivai M. Noer menyatakan masalah utang Wijaya Indonesia Makmur Bicycle Industries sudah selesai pada 18 September 2019. 

Baca Juga: Bos Grab Indonesia berbicara bisnis di konferensi BizX 2019

"Memang dua minggu sebelum jatuh tempo, Polygon tiba-tiba mundur dengan alasan yang normatif saja. Mereka tidak terbiasa punya utang seperti itu dan takut menjadi beban," jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (16/12). 

Padahal Wimcycle sudah melakukan audiensi ke Bank untuk re-schedule utang yang ada dari sebelumnya 1o tahun menjadi 15 tahun dan sudah disetujui oleh Bank Negara Indonesia (BNI) yang memberikan fasilitas paling besar. 

Kendati ditinggalkan Polygon, Rivai mengungkapkan karena waktunya sudah hampir jatuh tempo, Wimcycle bersinergi dengan rescoursing grup untuk dicarikan jalan keluar. 

Baca Juga: Inilah 8 masalah Garuda Indonesia di bawah Dirut Ari Askhara

Rivai menjelaskan ada investor dari Hong Kong yang tidak ingin Wimcycle pailit sebab perusahaan ini punya potensi bisnis yang bagus. Menjelang penghujung masa PKPU Wimcycle, Scorpion Enterprise perusahaan asal Hong Kong itu hadir dan ingin menyelesaikan utang Wijaya Indonesia Makmur kepada pada krediturnya. 

Scorpion masuk melalui skema Medium Covertible Bond (MCB) dengan jangka waktu tiga tahun. Penyelesaian utang ke kreditur akan diselesaikan dalam waktu 5 tahun dengan mengutamakan kreditur konkuren yang punya utang lebih kecil. 

Adapun untuk utang ke perbankan yakni BNI bekerjasama dengan pengembang untuk mengembangkan objek jaminan menjadi proyek pergudangan yang menjadi sumber pembayaran utang BNI selama tiga tahun hingga lunas.  

Baca Juga: KPPU mendorong agar tak ada monopoli di bisnis VAS dan CP

Rivai menjelaskan lebih lanjut, skema pembayaran utang ke perbankan dengan menjaminkan utilisasi aset dari penjualan mesin-mesin yang produktif. "Terakhir ini sudah hanya 30% perusahaan menggunakan pabrik untuk pabrikasi," ungkapnya. 

Adapun selebihnya trading. Rivai menyatakan Wimcycle lebih untung menggunakan spare part impor dinilai lebih murah dibanding membuat sendiri. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×