Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini, PT Garam menargetkan akan menyerap 75.000 ton garam dari petani. Target ini lebih rendah dibandingkan serapan tahun lalu yang sebesar 120.000 ton.
Direktur Operasi PT Garam Hartono menjelaskan, penyerapan yang lebih rendah ini berkaitan dengan masalah harga dan stoknya di gudang yang masih besar.
"Tahun ini lebih sedikit karena kami ingin menghabiskan dana penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 204 miliar, sudah digunakan Rp 176 miliar. Kita kekurangan dana untuk penyerapan, jadi akan kita talangi dari dana operasional kami sendiri. Kalau sisa Rp 28 miliar kan tinggal 30.000 ton," ujar Hartono, Jumat (12/7).
Hartono mengaku, garam yang diserap dari petani tahun lalu belum diolah karena perubahan harga garam yang tinggi saat ini. Dia mengatakan, dana yang dimiliki PT Garam untuk mengolah garam tersebut masih terbatas.
Lebih lanjut Hartono menjelaskan, tahun lalu PT Garam menyerap garam dengan harga 1,3 juta per ton. Sementara, hingga Juni tahun ini, harga garam yang sudah diserap PT Garam rata-rata sebesar Rp 1.050.000 per ton.
Dia mengatakan, harga tersebut masih bisa berubah tergantung pada mekanisme pasar atau bila harga pokok pembelian (HPP) ditetapkan.
Memang sampai saat ini belum ada HPP garam. Hartono mengatakan pihaknya sudah mencoba mengangkat harga pembelian di tingkat petani sejak tahun lalu.
"Kita sudah mencoba mengangkat harga di 2018 ketika harga garam turun. Tetapi kan kekuatan kami ada batasnya. Kalau yang lain tidak mendukung, kami akhirnya mengikuti mekanisme pasar," terang Hartono.
Hartono mengatakan, pihaknya juga siap membeli garam dengan harga yang baik di tingkat petani, asalkan garam yang diproduksi pun memiliki kualitas yang baik.
Hingga akhir Juni, serapan PT Garam masih mencapai 4.000 ton. Hartono menjelaskan, produksi garam akan mencapai puncak di September sehingga serapan baru bisa digenjot pada akhir semester II tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News