kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,54   -10,97   -1.19%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pupuk Kaltim Bangun Fasilitas Produksi Green Ammonia Senilai Rp 60,2 Triliun


Selasa, 20 Juni 2023 / 18:50 WIB
Pupuk Kaltim Bangun Fasilitas Produksi Green Ammonia Senilai Rp 60,2 Triliun
ILUSTRASI. Pupuk Kaltim (PKT) bersama Copenhagen Atomics, Topsoe, Alfa Laval, dan Aalborg CSP telah menandatangani MoU untuk mengkaji rancangan pembangunan fasilitas produksi green ammonia


Reporter: Venny Suryanto, Vina Elvira | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pupuk Kalimantan Timur atau Pupuk Kaltim (PKT) bersama Copenhagen Atomics, Topsoe, Alfa Laval, dan Aalborg CSP telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk mengkaji rancangan pembangunan fasilitas produksi green ammonia berkapasitas 1 juta ton per tahun.

Adapun nilai investasi dari pembangunan fasilitas ini mencapai US$ 4 miliar atau sekitar Rp 60,2 triliun.

Direktur Utama Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi menyebutkan, saat ini pelaku industri kian dipacu melakukan inovasi dan teknologi untuk melahirkan energi yang lebih rendah emisi.

Untuk bisa menuju industri yang lebih less carbon, diperlukan bahan bakar transisi yang lebih ramah lingkungan, salah satunya adalah amonia.

Seiring perkembangan zaman dan teknologi, muncullah opsi clean ammonia yang menjadi sangat penting karena bisa menggerakkan dunia untuk menjadi lebih ramah lingkungan karena jejak karbon yang lebih rendah.

Baca Juga: PKT Perkuat Implementasi Standar K3 dalam Operasional Perusahaan

Clean ammonia sendiri terdiri dari blue dan green ammonia yang belakangan ini disebut sebagai salah satu sumber energi bersih baru yang menjanjikan.

"Saat ini amonia digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan pupuk urea dan bahan pendukung untuk tekstil, pertambangan, dan farmasi. Namun di masa depan amonia diprediksi menjadi alternatif bahan bakar masa depan yang jauh lebih ramah lingkungan," ungkap Rahmad melalui keterangan tertulis, Selasa (20/6).

Ia mengungkapkan ada beberapa keunggulan menggunakan sumber energi terbarukan tersebut yakni dalam produksi kedua varian clean ammonia sudah menggunakan sumber energi terbarukan.

Sementara Blue ammonia diproduksi melalui proses konversi grey ammonia yang menggunakan blue hydrogen sehingga dihasilkan melalui pemisahan molekul air (H2O) dengan menggunakan sumber energi fosil, seperti gas alam atau batubara.

Namun untuk green ammonia diproduksi menggunakan green hydrogen melalui proses elektrolisis air menggunakan sumber energi terbarukan, seperti tenaga surya, tenaga angin, hingga panas bumi.

Keunggulan kedua yakni dalam prosesnya, blue ammonia dapat diproduksi dan digunakan pada infrastruktur yang sudah ada tanpa perubahan yang signifikan karena sifatnya yang hampir sama dengan grey ammonia.

Perbedaan produksi blue ammonia terletak pada teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon yang memungkinkan pemisahan produksi amonia dari emisi karbon.

Di sisi lain, green ammonia diproduksi menggunakan sumber energi terbarukan untuk menghasilkan listrik yang diperlukan dalam proses elektrolisis air.

Baca Juga: Pupuk Kaltim Dorong Pemberdayaan Konservasi Terumbu Karang

“Dalam proses elektrolisis air, listrik diarahkan untuk memisahkan molekul air menjadi hidrogen dan oksigen. Hidrogen yang dihasilkan kemudian bereaksi dengan nitrogen atmosfer untuk menghasilkan amonia. Dengan digunakannya sumber energi terbarukan, proses produksi green ammonia ini tidak menghasilkan emisi karbon,” jelasnya.

Keunggulan ketiga adalah selain faktor lingkungan, clean ammonia dapat dimanfaatkan sebagai penyimpanan energi mulai dari hidrogen hingga listrik.

Dengan demikian, penggunaan energi berbasis hidrogen, baik dalam pembangkit listrik maupun transportasi, akan menjadi lebih mudah karena hidrogen disimpan dalam bentuk yang kurang mudah terbakar atau rentan rusak.

“Selain itu, ketika green ammonia yang dijadikan penyimpan listrik juga dapat diubah kembali menjadi listrik melalui proses pembakaran atau reaksi elektrokimia, menghasilkan energi yang dapat digunakan,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×