Reporter: Muhammad Julian | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Samindo Resources Tbk ( MYOH) mencatatkan kinerja yang apik pada sisi bottom line sepanjang tahun 2021 lalu.
Berdasarkan laporan keuangan tahunan perusahaan yang dirilis pekan lalu, emiten kontraktor jasa pertambangan ini berhasil membukukan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih sebesar US$ 26,92 juta di tahun 2021, naik 19,62% jika dibandingkan dengan raihan laba bersih MYOH di tahun 2020 yang sebesar US$ 22,50 juta.
Pertumbuhan laba itu didapat saat pendapatan MYOH mengalami penurunan. Tercatat, pendapatan MYOH turun 7,38% secara tahunan atau year-on-year (yoy) dari semula US$ 173,47 juta di tahun 2020 menjadi US$ 160,66 juta di tahun 2021.
Kepala Hubungan Investor MYOH, Ahmad Zaki Natsir menjelaskan, penurunan pendapatan disebabkan oleh adanya pengurangan volume pemindahan batuan penutup (overburden removal) dari panduan semula.
Baca Juga: Pendapatan dan Laba AKR Corporindo (AKRA) Kompak Naik Tahun Lalu, Ini Pemicunya
Meski begitu, MYOH berstrategi melakukan sejumlah upaya efisiensi. Beberapa contoh langkah konkretnya seperti dengan menekan kecelakaan kerja.
“Imbasnya pemakaian spare part dapat dihemat, waktu standby juga dapat dikurangi, jadi konsumsi bahan bakar juga dapat ditekan. Lalu sejak tahun lalu kami juga sudah mulai mengurangi pemeliharaan alat berat melalui pihak ketiga, tahun ini kami terus tingkatkan porsi pemeliharaan mandiri, jadi biaya pemeliharaan kepada pihak ketiga dapat ditekan,” terang Zaki kepada Kontan.co.id (25/3).
Mengintip laporan keuangan MYOH, biaya pokok pendapatan MYOH turun 12,62% yoy menjadi US$ 120,18 juta di tahun 2021. Sebelumnya, biaya pokok pendapatan MYOH mencapai US$ 137,54 juta di tahun 2020.
Sementara itu, biaya umum dan administrasi serta biaya keuangan MYOH kompak naik. Tercatat, beban umum dan administrasi MYOH naik 5,20% yoy dari semula US$ 7,55 juta di tahun 2020 menjadi US% 7,95 juta di tahun 2021. Sementara itu, biaya keuangan MYOH naik 14,15% yoy dari semula US$ 39.333 di tahun 2020 menjadi US$ 44.902 di tahun 2021.
Baca Juga: Naik 20%, AKR Corporindo (AKRA) Cetak Laba Rp 1,1 Triliun Sepanjang Tahun Lalu
Zaki berujar, MYOH optimistis bahwa industri batubara secara keseluruhan memiliki prospek yang baik di tahun 2022. MYOH berpandangan, transformasi energi ke arah energi baru terbarukan (EBT) masih memerlukan waktu, sehingga negara-negara yang mengalami krisis energi pada akhirnya masih akan menggunakan batubara.
Di sisi lain, MYOH juga melihat bahwa konflik perang Rusia VS Ukraina dan juga kurangnya pasokan gas ke negara sekutu Amerika Serikat (AS) berpotensi meningkatkan penggunaan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Di tahun 2022 ini, MYOH mengejar target overburden removal 38 juta bank cubic meter (bcm), target pengambilan batubara atau coal getting 8,5 juta ton, dan target pengangkutan batubara atau coal hauling 27 juta ton.
Sebagai pembanding, di tahun 2021, MYOH mencatatkan realisasi overburden removal sebesar 36,9 juta bcm, coal getting 11,3 juta ton, dan coal hauling 27,8 juta ton.
Baca Juga: Tahun Ini, Samindo Resources (MYOH) Targetkan Kinerja Overburden Removal Meningkat
Dari sisi kinerja keuangan, MYOH membidik target pendapatan US$ 155,7 juta dan target laba bersih US$ 22,8 juta di tahun 2022. Zaki berujar, MYOH mempertimbangkan beberapa hal dalam mencanangkan target keuangan ini.
“Dari sisi pendapatan memang ada beberapa hal yang perlu jadi pertimbangan, jumlah volume tidak secara otomatis terefleksi di kinerja keuangan. Sebabnya ada beberapa faktor yang eksternal yang tidak bisa dikontrol seperti jarak lokasi pembuangan, jauh dekatnya berimbas sama pendapatan dari sisi kompensasi jarak, lalu kurs Rupiah juga berpengaruh, jadi kami relatif menetapkannya secara konservatif, agar lebih realistis dalam implementasinya,” terang Zaki.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News