kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Serba-serbi upaya menutup dan menghalau minyak akibat kebocoran Sumur YYA-1 Blok ONWJ


Minggu, 04 Agustus 2019 / 11:56 WIB
Serba-serbi upaya menutup dan menghalau minyak akibat kebocoran Sumur YYA-1 Blok ONWJ


Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Tragedi kebocoran minyak di Sumur YYA-1 di Anjungan YY Blok ONWJ masih menjadi perhatian serius berbagai pihak. Sampai saat ini Pertamina dibantu konsultan perusahaan dari Amerika Serikat terus berupaya menghentikan kebocoran itu.

Selain terus bekerja untuk menutup kebocoran itu, ada juga tim yang menghalau minyak agar tak menyebar ke pantai di sekitar Karawang. Salah satunya adalah Tim Oil Spill Combat Team (OSCT) dari Pantai Sedari.

Ketua Tim OSCT Sambas Prasetya mengatakan, pihaknya masih terus berjibaku memroteksi Pantai Sedari. Tim yang terdiri dari 6 orang tersebut bertugas memasang Oil Boom SL 25 untuk meminimalisir minyak yang terbawa arus tiba di pesisir pantai.

Baca Juga: PHE ONWJ menangani sumur YYA-1

Mereka bekerja setiap hari untuk memasang  Oil Boom sepanjang 300 meter di beberapa titik strategis. "Kami terus semangat dan berharap musibah ini dapat segera selesai, karena semua sudah rindu keluarga," katanya, Minggu (4/8).

Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) menyambut baik keterlibatan masyarakat untuk berpartisipasi membantu proses kelancaran operasional Posko Logistik untuk membersihkan sisa limbah di sekitar pesisir pantai terdampak peristiwa gelembung gas yang muncul di area wilayah kerja anjungan YY di laut Jawa.

Keterlibatan masyarakat secara sukarela dilakukan dengan mendaftarkan diri ke himpunan nelayan atau perangkat desa setempat. Kelompok masyarakat tersebut berasal dari berbagai profesi seperti nelayan dan aparat desa untuk perlindungan masyarakat (Linmas).

Vice President Relations Pertamina Hulu Energi, Ifki Sukarya menjelaskan sebagai operator sumur YYA-1, PHE ONWJ terus mengupayakan pembersihan sisa limbah yang lepas dari alat penyedot minyak mentah di laut sekitar anjungan YY.

Baca Juga: Terkena tumpahan minyak, 1.636,25 Ha tambak di Karawang ikut terdampak

“Masyarakat di sekitar wilayah operasi PHE ONWJ sudah beberapa kali mendapatkan sosialisasi dan pelatihan mengenai proses pembersihan pantai dari tumpahan minyak. Ini merupakan langkah antisipasi terhadap kemungkinan munculnya ceceran minyak yang lepas ke laut hingga pantai," ungkapnya dalam siaran pers.

Menurut Ifki Sukarya, kelompok masyarakat di sekitar operasi telah disiapkan dan dibekali pengetahuan serta keterampilan untuk melaksanakan kegiatan penanganan peristiwa guna mengurangi dan memperkecil dampak lingkungan.

Seperti salah seorang warga Dusun Sukajadi, Desa Pusaka Jaya Utara (PJU), Sardi yang berprofesi sebagai Linmas di dusun tersebut. Setiap hari, ia bertugas memelihara keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat, kegiatan sosial kemasyarakatan.

Setelah mengetahui ada peristiwa di anjungan YY, ia ikut mendaftar menjadi sukarelawa yang bertugas membantu operasional Posko Logistik di PJU. Oleh karena itu Sardi dan beberapa anggota Linmas lainnya berjaga selama 24 jam sejak minggu lalu.

"Profesi saya kan Linmas. Memang dalam keadaan seperti ini harus cepat tanggap membantu. Sekecil apapun kita kurangi akibat dan dampak yang terjadi dari kejadian ini. Saya dan teman lainnya membantu untuk berjaga posko logistik di PJU selama 24 jam secara bergantian," ujarnya.

Bukan hanya menjaga posko, namun ia juga membantu untuk menurunkan material yang baru datang dari Jakarta ke posko atau mengangkut material ke mobil box untuk dikirimkan ke titik terdampak.

"Kita juga bantu Pertamina untuk mengangkut dan memindahkan barang logistik ini. Saling membantu itu baik. Apalagi Pertamina juga sudah memiliki maksud baik untuk membersihkan ceceran minyak itu dengan memberi logistik. Kami harap ini cepat selesai agar semua bisa beraktivitas lagi seperti biasa, yang nelayan ya melaut, yang berdagang dan lainnya juga bisa bekerja lagi," ujarnya.

Tutup Kebocoran

Pertamina Hulu Energi Offshore Northwest Java (PHE ONWJ) berhasil mempercepat rencana tajak pengeboran Relief Well YYA-1RW sebagai upaya menghentikan gelembung gas setelah selama satu minggu melakukan survey untuk menentukan titik sumur dan penempatan rig.

Pengeboran sumur telah dimulai jam 14.00 WIB pada Kamis (1/8), atau 2 hari lebih cepat dari jadwal semula. Sampai pukul 06.00 WIB pagi ini, Sabtu (3/8), pengeboran sudah mencapai kedalaman 136 meter dan terus dilanjutkan sampai target kedalaman 2765 meter. “Rig Jack Up Soehanah sudah berada di sekitar lokasi relief well YYA-1RW pada tanggal 27 Juli 2019.

Kegiatan mobilisasi rig ini dilakukan bersamaan dengan dilakukannya survey geohazard dan geotechnical , sehingga tidak ada waktu tunggu. Proses pre load bisa langsung dilakukan begitu Marine Survey Waranty diperoleh.

Sementara itu beberapa pekerjaan persiapan bisa dilakukan secara simultan sehingga dapat mempercepat waktu tajak dua hari dari rencana awal,” ujar Ifki Sukarya, Vice President Relations PHE.

PHE ONWJ menggandeng perusahaan berpengalaman di bidang well control yang telah terbukti sukses menangani hal yang sama antara lain peristiwa di Teluk Meksiko, kendati permasalahan yang saat ini terjadi di PHE ONWJ dalam skala yang jauh lebih kecil.

Selain itu PHE ONWJ juga menggandeng perusahaan lain yang berpengalaman untuk membantu memberikan pandangan dan kajian bersama terkait optimisasi penanganan situasi seperti ini.

Baca Juga: Berkaca dari Deepwater Horizon, Pertamina bisa rugi besar di kebocoran minyak ONWJ

Selama proses pengeboran relief well YYA-1RW berlangsung, PHE ONWJ terus memastikan keselamatan tim, masyarakat, serta menyelesaikan permasalahan lingkungan di sekitar lokasi.

PHE ONWJ terus berupaya optimal menahan tumpahan minyak tidak melebar ke perairan yang lebih luas dengan melakukan strategi proteksi berlapis di sekitar anjungan dan mengejar, melokalisir, serta menyedot ceceran minyak yang melewati batas sabuk oil boom di sekitar anjungan.

KKP Beri Dukungan

Peristiwa tumpahan minyak (oil spill) akibat kebocoran proyek Hulu Energi sumur YYA-1 Blok Offshore North West Java (ONWJ) milik Pertamina di pesisir Pantai Utara Karawang, telah menyita banyak perhatian berbagai pihak termasuk Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Untuk itu KKP bersama Pertamina menyampaikan konferensi pers terkait perkembangan penanganan tumpahan minyak tersebut serta dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat pesisir di Kantor KKP, Jakarta, pada Kamis (1/8).

Hadir dalam kesempatan tersebut Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti; Direktur Utama PT. Pertamina (Persero) Nicke Widyawati; Direktur Hulu PT. Pertamina (Persero) Dharmawan H. Samsu; Direktur Utama PT. Pertamina Hulu Energi Meidawati; dan jajaran Eselon I lingkup KKP.

Dirut Pertamina Nicke menjelaskan, saat ini pihaknya terus berupaya optimal untuk menahan agar tumpahan minyak tidak melebar ke perairan yang lebih luas dengan mengerahkan 7 (tujuh) lapis proteksi di sekitar anjungan. Salah satunya yakni dengan menaruh oil boom di sekitar anjungan. Oil boom adalah peralatan yang digunakan untuk melokalisir atau mengurung tumpahan minyak di perairan sekitar anjungan.

“7 (tujuh) lapis proteksi telah kami kembangkan di sekitar daerah terdampak. Di lapis 1 kita pasang static oil boom di sekitar anjungan YYA-1 sepanjang 2.450 meter untuk menahan oil spill dalam lingkungan anjungan. Di layer 2, kita juga memasang moveable oil boom sepanjang 2x200 meter untuk menghadang ceceran minyak dari lapis 1 yang masih belum tertahan sepenuhnya,” jelasnya.

Selain itu, Pertamina juga mengerahkan 3 oil skimmer untuk mengangkat dan menyedot tumpahan minyak yang berada di perairan sekitar anjungan. Pihaknya juga menurunkan 39 kapal untuk menampung sementara tumpahan minyak telah disedot sekaligus

Sebagai bentuk dukungan KKP terhadap Pertamina, Menteri Susi beserta jajaran telah meninjau langsung pesisir pantai utara Karawang hingga Kepulauan Seribu dari udara menggunakan helikopter pada Kamis (1/8) pagi.

Baca Juga: Pertamina siap ganti rugi dampak tumpahan minyak di Karawang

Menteri Susi menyampaikan masyarakat tidak perlu khawatir karena institusi pemerintah terkait, baik Pertamina sebagai perusahaan negara maupun sejumlah K/L lainnya seperti KKP dan KLHK, dan Kementerian ESDM akan menanggulangi dampak dari perisitiwa ini hingga tuntas.
 
“Peristiwa ini sebetulnya kecelakaan, musibah yang tidak kita harapkan namun terjadi. Untuk peristiwa di Karawang saya tidak begitu khawatir karena Pertamina sebagai perusahaan negara juga akan menanganinya dengan baik,” ujarnya.

Menteri Susi juga memastikan bahwa stakeholders sekitar yang terdampak, utamanya nelayan, petambak, dan warga pesisir akan mendapatkan kompensasi dari Pertamina bekerjasama dengan K/L terkait. “Tentunya, stakeholder-stakeholder yang dirugikan juga akan mendapatkan recovery atau kompensasi,” ucapnya.

Kendati demikian, Menteri Susi berharap agar ke depannya Pertamina menyediakan lebih banyak oil boom untuk meminimalisir penyebaran minyak apabila terjadi peristiwa serupa. “Mungkin ini menjadi pelajaran bagi kita semua ke depan, oil boom itu mungkin kita harus punya stok lebih banyak. Karena kalau menangani lebih cepat dengan oil boom, lebih banyak liquid ini tidak akan sampai ke pinggir,” ujarnya.

Menteri Susi juga menyarankan agar pihak Pertamina dapat menyediakan command center untuk mengatur lalu-lintas kapal agar penanganan dapat dilakuan dengan lebih cepat. “Kapal-kapal untuk menangkap tumpahan minyak sudah cukup banyak, mungkin bisa lebih dimaksimalkan dari command centernya Pertamina dalam menjangkau minyak yang luput dari oil boom,” ujarnya.

Sebagai tindak lanjut dari perisitiwa tumpahan minyak ini, Menteri Susi menegaskan bahwa KKP bersama Pertamina dan K/L terkait lainnya akan terus melakukan segala upaya penanggulangan secara optimal hingga tuntas. Menurutnya, pemulihan ini tentu akan memakan waktu yang tidak sedikit yakni minimum 6 bulan karena dampak lingkungan yang mungkin timbul ke depannya harus diantisipasi secara terus menerus.

“Pasti akan ada terus-menerus program konservasi dan recovery dari dampak yang ditimbulkan oleh oil spill ini. Kita harapkan recovery secara fisik dapat terjadi dengan cepat, as best as we can yang bisa kita usahakan,” tuturnya.

Hal ini dipertegas oleh Nicke. Ia memastikan bahwa Pertamina berkomitmen untuk melakukan penanggulangan (recovery) hingga tuntas. Kompensasi sosial bagi masyarakat pun akan dilakukan secepatnya. “Mengenai ganti rugi kita akan lakukan secepatnya.  Namun kami masih berkoordinasi dengan Pemda dan Dinas terkait lainnya untuk bersama-sama merumuskan dan menetapkan standar nilai kompensasi untuk masyarakat,” ujarnya.

Sementara terkait lingkungan, Nicke menjelaskan bahwa penanganan yang dilakukan saat ini berfokus kepada mematikan sumur YYA-1 terlebih dahulu dibantu dengan perusahaan asing Boots & Coots yang berkompeten di bidangnya. Dalam jangka panjang, Pertamina akan melakukan CSR secara berkala dan recovery terhadap lingkungan.

“Kalau ada lingkungan yang rusak, kami berkomitmen untuk melakukan recovery. Walaupun sampai saat ini masih ada ceceran minyak yang lepas dari oil boom dan belum terambil di lautan, kami berkomitmen kemanapun spill-nya ada di lautan Indonesia akan kami kejar. Selama ini, program CSR sudah kita jalankan dengan baik dan akan kita tingkatkan,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×