Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten tambang batubara PT Bumi Resources Tbk (BUMI) telah beberapa kali mengalami pertumbuhan kinerja dalam lima tahun terakhir.
Sebagai informasi, BUMI mencetak pendapatan sebesar US$ 40,50 juta pada tahun 2015. Namun, saat itu perusahaan tersebut malah mengalami rugi bersih sebesar US$ 1,92 miliar.
Di tahun 2016, pendapatan BUMI malah turun menjadi US$ 23,37 juta. Di sisi lain, emiten tambang batubara ini malah berhasil mencetak laba bersih sebesar US$ 67,69 juta.
Berdasarkan catatan Kontan.co.id, kesuksesan BUMI meraup laba kala itu tak lepas dari upaya perusahaan dalam menekan biaya beban produksi. Di tahun 2016, biaya bahan bakar BUMI hanya US$ 3,8 per ton batubara atau lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar US$ 5,6 per ton batubara.
Baca Juga: Moody's Pangkas Peringkat Utang Enam Emiten, dari ASRI, BUMI Hingga MEDC
Pendapatan BUMI kembali turun menjadi US$ 17,36 juta pada tahun 2017, namun lagi-lagi perusahaan ini mampu meningkatkan laba bersihnya menjadi US$ 373,25 juta.
Berlanjut di tahun 2018, pendapatan BUMI melesat signifikan hingga US$ 1,11 miliar. Adapun laba bersih perusahaan kembali turun menjadi US$ 220,411 juta.
Pada saat itu, terdapat perubahan metode akuntansi yang digunakan dalam penyesuaian laporan keuangan BUMI. Dalam hal ini, kinerja keuangan anak perusahaan seperti PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia ikut dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan BUMI sejak awal 2018. Tak ayal, pendapatan BUMI mengalami lonjakan yang sangat besar.
Adapun pada tahun 2019 kemarin, pendapatan BUMI masih berada di level US$ 1,11 miliar sedangkan laba bersihnya kembali turun menjadi US$ 6,84 juta.
Sementara itu, dari sisi operasional, produksi batubara BUMI tercatat sebesar 81 juta ton pada tahun 2015 dan naik menjadi 86 juta ton di tahun berikutnya. Masuk di tahun 2017, BUMI mengalami penurunan produksi batubara menjadi 84 juta ton dan berlanjut di tahun 2018 menjadi 80 juta ton. Produksi batubara BUMI kembali melonjak jadi 87 juta ton pada tahun 2019
Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava berpendapat, secara umum kinerja BUMI lebih banyak dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti volume penjualan batubara, harga jual rata-rata batubara, hingga harga minyak.
Baca Juga: Ini penyebab melemahnya kinerja keuangan Bumi Resources (BUMI)
Selain itu, tak bisa dipungkiri upaya BUMI dalam mengelola dan melunasi utang juga berpengaruh besar terhadap kinerja perusahaan ini.
Dileep menyebut, hingga awal tahun ini BUMI telah membayar pokok dan kupon utang tranche A sebesar US$ 313 juta. Jumlah tersebut melampaui target pembayaran utang tranche A BUMI sejak awal 2018 hingga awal tahun ini sekitar US$ 200 juta hingga US$ 250 juta.
Manajemen BUMI masih akan melanjutkan program restrukturisasi utang untuk lebih menstabilkan kondisi keuangannya. “Jika harga batubara membaik, kami dapat membayar utang lebih cepat sehingga berdampak positif bagi kinerja keuangan BUMI,” ungkap dia, Jumat (5/4) lalu.
Dileep yakin kinerja BUMI dalam beberapa tahun ke depan akan terus berkembang. Terlepas dari isu virus corona, potensi permintaan batubara yang besar dari India, China, dan Asia Tenggara termasuk Indonesia masih cukup besar. Hal ini seiring berkembangnya proyek pembangkit listrik berbasis batubara di negara-negara tersebut.
BUMI pun berupaya meningkatkan produksi batubara dari KPC dan Arutmin hingga mencapai 100 juta ton per tahun secara organik sekaligus mengamankan bisnis tambahan untuk batubara dari PT Pendopo Energi Batubara.
Peluang tersebut sangat terbuka lebar, apalagi jika pemerintah memberikan status Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) kepada KPC dan Arutmin.
Baca Juga: Ada virus corona, Bumi Resources (BUMI) tetap targetkan produksi batubara 95 juta ton
“Secara paralel, BUMI juga terus mendiversifikasi pendapatan dari tambang emas dan seng yang dikelola Bumi Resources Minerals,” tambah Dileep.
Tak ketinggalan, manajemen BUMI juga terus melakukan studi kelayakan untuk proyek gasifikasi batubara sebagai subtitusi minyak. Sekadar catatan, perusahaan ini memiliki rencana untuk membangun pabrik pengolahan gas dari batubara di kawasan Kalimantan.
Pihak BUMI menargetkan proses studi kelayakan atas proyek tersebut akan selesai pada tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News