Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memastikan kebijakan physical distancing memberikan dampak pada jadwal proyek migas.
Selain itu, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menampik, fluktuasi harga minyak mentah jadi penyebab terganggunya jadwal sejumlah proyek migas. "Belum ada yang menyatakan menunda proyek karena harga minyak rendah," ungkap Dwi dalam pesan pendek kepada wartawan, Senin (30/3).
Asal tahu saja, Senin (30/3) pukul 17.00 WIB, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Mei 2020 di Nymex berada di level US$ 20,60 per barel. Ini juga menjadi rekor terburuk bagi harga minyak WTI.
Serupa, harga minyak jenis Brent kontrak pengiriman Juni 2020 di ICE Futures pun turun ke level US$ 26,50 per dolar AS.
Baca Juga: Harga minyak tertekan corona, kinerja hulu migas diklaim masih terjaga
Dwi melanjutkan, kebijakan physical distancing membuat Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) mengambil langkah pengurangan tenaga kerja di lapangan.
Upaya ini sebagai langkah mencegah penyebaran virus corona pada lokasi proyek. Kendati demikian, kebijakan ini memang memberikan dampak pada jadwal proyek.
Sebelumnya, Direktur Operasi SKK Migas Julius Wiratno menjelaskan, dari 12 proyek migas yang dicanangkan, satu proyek yakni Proyek Merakes oleh ENI Indonesia yang ditargetkan onstream pada kuartal IV tahun ini berpotensi mengalami pemunduran jadwal.
"Kami usahakan (12 proyek) untuk tetap bisa onstream tahun ini meskipun proyek Merakes ada potensi mundur," terang Julius ketika dihubungi Kontan.co.id, Jumat (27/3).
Baca Juga: SKK Migas belum berencana revisi target walau harga minyak terus fluktuatif
Julius menuturkan, potensi keterlambatan proyek dengan puncak produksi 60.305 barel setara minyak per hari (boepd) ini disebabkan oleh demobilisasi tenaga kerja akibat ketentuan physical distancing. Dia menambahkan, demobilisasi juga terjadi pada tenaga pengeboran sehingga menghambat jadwal yang sudah ada.
Selain itu, Proyek Tangguh Train 3 oleh BP Berau Ltd juga berpotensi menemui hambatan akibat pandemi corona.
"Aktivitas yang masuk tahapan pengerjaan kritis masih berlangsung di tengah keterbatasan personil dan peralatan pendukung karena ada pembatasan jumlah pekerja dan phisycal distancing," terang Julius kepada Kontan.co.id, Rabu (25/3).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News