Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Chevron Indonesia Company yang menjadi operator di proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) belum juga mengajukan kembali proposal Plan of Development (Pod) untuk proyek IDD tahap II di lapangan migas Gendalo dan Gehem.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan bisa menerima proposal POD Gendalo Gehem pada tahun depan. "Gendalo Gehem belum karena dari sisi biayanya belum masuk. Kalau diajukan tidak ekonomis,"ungkap Kepala Humas SKK Migas,Taslim Z. Yunus, Kamis (22/12).
Taslim menyebut proyek Gendalo Gehem akan ekonomis jika harga minyak telah menyentuh angka sekitar US$ 70 per barel hingga US$ 80 per barel. Pasalnya proyek IDD tahap kedua ini memerlukan teknologi tinggi untuk bisa memproduksi migas di lapangan tersebut.
"Sekarang teknologinya belum bisa, lagi dievaluasi lagi mana yang bisa diefisienkan dari sisi teknologinya karena sensitifitasnya terdiri dari tiga, pertama harga minyak, kedua sisi produksinya dari cadangan, ketiga dari sisi teknologi," jelas Taslim.
Taslim juga mengatakan SKK Migas, Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar, dan Chevron terus intensif membahas proyek IDD tahap II ini. "Tapi kan Pak Wamen selalu intens, jadi selalu dibahas semua tidak ada yang tidur (proyeknya)," katanya.
Salah satunya juga membahas mengenai insentif berupa investment credit yang diminta Chevron untuk proyek Gendalo-Gehem. "Kalau di kontraknya tidak ada susah untuk didapatkan, harus kami ke pemerintah," ujar Taslim.
Sekadar informasi, lapangan Gehem diharapkan bisa menghasilkan gas 420 mmscfd dan minyak 27.000 bph. Sementara itu dari Lapangan Gendalo diproyeksi akan menghasilkan gas hingga 700 mmscfd dan minyak 25.000 bph. Kedua lapangan tersebut ditargetkan bisa mulai berproduksi pada 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News