Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) akan menambah kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) pada tahun ini. PGEO juga menjajaki potensi diversifikasi bisnis pemanfaatan energi.
Terbaru, PGEO menjalin kolaborasi dengan sesama Grup Pertamina untuk mengkaji pengembangan bahan bakar hijau. PGEO telah menandatangani joint study agreement dengan entitas anak PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), yakni PT Pertamina Gas (Pertagas).
Kerja sama PGEO dan Pertagas ini diharapkan akan mempercepat pengembangan hidrogen hijau (green hydrogen) dan amonia hijau (green ammonia). Kerja sama ini mencakup berbagai aspek. Di antaranya pertukaran informasi teknis yang mencakup analisis kondisi operasi, komposisi thermal, elektrolisis, serta identifikasi potensi pasar.
Direktur Utama PGEO Julfi Hadi mengungkapkan kedua perusahaan akan berkolaborasi dalam melakukan kajian teknis seperti evaluasi kelayakan proyek dan identifikasi skema penggunaan listrik panas bumi untuk menghasilkan hidrogen hijau dan amonia hijau.
Setelah kajian teknis selesai, PGEO dan Pertagas akan melanjutkan ke studi kelayakan.
Baca Juga: Pertamina Geothermal (PGEO) dan Grup PGAS Mengkaji Pengembangan Green Hydrogen
"Untuk meninjau berbagai aspek proyek, termasuk potensi investasi dan pengembangan skema bisnis, alokasi sumber daya serta pemilihan teknologi yang tepat, dan tata waktu implementasi," ungkap Julfi dalam keterbukaan informasi, Kamis (6/2).
Proyek kerja sama ini akan dilaksanakan di Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang dikelola oleh PGEO. Pemilihan lokasi mempertimbangkan potensi yang optimal untuk mendukung produksi hidrogen hijau dan amonia hijau.
Dihubungi terpisah, Corporate Secretary Pertamina Geothernal Energy Kitty Andhora mengungkapkan, diversifikasi bisnis pemanfaatan energi merupakan bagian dari pengembangan sumber pendapatan baru (new revenue stream).
Meski begitu, Kitty menegaskan PGEO akan tetap fokus untuk menambahkan kapasitas PLTP agar bisa mencapai target 1 Gigawatt (GW).
Guna mencapai kapasitas 1 GW dalam dua hingga tiga tahun ke depan, PGEO berencana menambah kapasitas hingga 340 megawatt (MW) dari 15 WKP. Pada tahun 2025, Kitty mengatakan PGEO memprioritaskan ekspansi organik, khususnya melalui pengembangan aset-aset yang sudah dimiliki.
"Sejalan dengan strategi kami untuk memanfaatkan sumber daya panas bumi yang sudah teridentifikasi dan mempercepat implementasi proyek-proyek yang sedang berjalan," kata Kitty kepada Kontan.co.id, Kamis (6/2).
PGEO sedang fokus mengejar penyelesaian proyek PLTP Lumut Balai Unit 2 untuk menambah kapasitas sebesar 55 WM. Proyek ini ditargetkan bisa beroperasi komersial atau Commercial Operation Date (COD) pada kuartal I-2025.
Meski fokus pada aset eksisting, tapi PGEO masih membuka peluang untuk menjalankan ekspansi anorganik melalui akuisisi aset panas bumi.
"Kami terus mempelajari peluang baik di dalam maupun luar negeri yang dapat mendukung portofolio Perusahaan serta membantu memenuhi kebutuhan energi terbarukan yang terus meningkat," kata Kitty.
Guna mendukung berbagai strategi tersebut, PGEO menyiapkan belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar US$ 300 juta pada 2025. Capex ini akan dialokasikan untuk pengembangan dan eksplorasi aset panas bumi potensial serta optimalisasi produksi.
Dari sisi pergerakan harga saham, PGEO menutup perdagangan Kamis (6/2) dengan penurunan 2,69% ke posisi Rp 905 per saham. Jika diakumulasi secara diakumulasi year to date, harga saham PGEO melandai 3,21%.
Selanjutnya: Anggaran Dipangkas, Kementerian PU Semakin Selektif Lakukan Perbaikan Jalan
Menarik Dibaca: Katalog Promo JSM Alfamidi Hanya 4 Hari Periode 6-9 Februari 2025, Ada Alpukat-Nugget
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News