Reporter: Fahriyadi | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) berpengaruh terhadap hampir semua aktivitas bisnis di tanah air, tarmasuk bisnis angkutan umum.
Sekretaris Jenderal DPP Organisasi Angkutan Umum (Organda), Andriansyah mengatakan pelemahan nilai rupiah ini secara langsung telah menaikkan beban operasional operator angkutan umum.
"Sebagian besar komponen suku cadang kendaraan itu diimpor yang dipengaruhi nilai dollar AS. Otomatis dengan kondisi ini harga suku cadang pun naik," ujar Andriansyah, akhir pekan lalu.
Menurutnya pelemahan rupiah ini menyebabkan ketimpangan antara pengeluaran dan penerimaan operator angkutan umum. Pasalnya, hampir seluruh suku cadang kendaraan umum naik 5%-10%. Hal itu tidak diimbangi dengan tarif yang dipastikan tidak naik mengingat telah naik pasca kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) lalu.
Kendati menaggung beban yang tinggi, Andriansyah mengatakan pihaknya memang menghindari opsi kenaikan tarif karena akan membuat daya saing kendaraan umum makin turun.
"Dengan turunnya tarif Kereta Rel Listrik (KRL) membuat permintaan kenaikan tarif adalah keputusan dilematis, dan bukanlah pilihan meski kami harus menanggung beban operasional yang tinggi," ujarnya.
Ia berharap gejolak nilai kurs ini bisa segera ditanggulangi oleh pemerintah dan tidak berkepanjangan. Menurutnya jika pemerintah membiarkan kondisi ini, maka dapat dipastikan operator angkutan tak dapat maksimal melayani masyarakat.
Lakukan Efisiensi
Andriansyah mengatakan bahwa opsi yang paling mungkin dilakukan pengusaha angkutan saat ini adalah dengan melakukan efisiensi.
Menurutnya beberapa operator telah menerapkan efisiensi dengan tidak memfungsikan kendaraan mereka pada waktu yang secara ekonomi tidak terpenuhi.
"Sejak pekan lalu operator telah memberlakukan ini sehingga pelayanan kepada publik tidak maksimal karena headway atau rentang waktu kendaraan yang melintas menjadi bertambah karena armada yang lebih sedikit," ujarnya.
Ia pun memastikan solusi efisiensi akan terus dilakukan selama nilai tukar rupiah belum normal.
Kepala Pusat Komunikasi Kementerian Perhubungan, Bambang S. Ervan mengatakan pemerintah siap berbicara dengan Organda terkait keluhan ini. Menurutnya merosotnya nilai rupiah yang berdampak sektoral telah menjadi masalah nasional sehingga perlu dibicarakan.
"Kami mengapresiasi langkah efisiensi dari Organda ini, tapi yang jelas kami menunggu usulan dari Organda untuk dapat keluar dari permasalahan ini," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News