Reporter: Handoyo | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Masa-masa indah penambak udang tampaknya tak akan terulang lagi tahun ini. Ini mengingat harga udang diprediksi bakal tetap bungkuk di kisaran Rp 70.000 per kilogram (kg) hingga akhir tahun 2014. Kondisi ini berbalik dengan akhir tahun lalu, harga udang tegap hingga dRp 110.000 per kg.
Penurunan harga udang tahun ini disinyalir akibat permintaan pasar yang cenderung turun akibat tingginya harga di pertengahan 2013 hingga awal 2014 lalu. Harga di pasar dunia pun ikut melandai akibat konsumen yang telah mencapai titik jenuh saat harga udang melejit.
Tingginya harga udang tahun lalu dipicu oleh meluasnya penyakit sindrom kemarian dini atau early mortality syndrome (EMS) di India dan Mexico. Tapi hal ini tak berlangsung lama karena banyak yang mulai mengalihkan ke komoditas laut lainnya.
Faktor lain yang ikut menurunkan harga udang adalah makin banyak negara yang mulai ikut-ikutan memproduksi udang. "Negara seperti Filipinadan Bangladesh juga mulai masuk dan pertumbuhannya cepat," ujar Thomas Dharmawan, Ketua Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I). Tak heran jika jika harga cuma di kisaran Rp 60.000-Rp 70.000 per kg.
Saut P Hutagalung Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengatakan, saat ini, harga udang di pasaran sedikit naik. Hanya saja, kenaikannya tidak sebandingan dengan penurunan harga yang terjadi sejak awal tahun. Bila ada kenaikan, harganya hanya hanya sekitar US$ 30 sen per kg. Saat ini harga rata-rata udang berada dikisaran Rp 55.000-Rp 60.000 per kg.
Menurut Saut, masih berfluktuasi harga udang juga menyebabkan kalangan pengusaha di sektor pengolahan menahan diri membeli udang dalam jumlah banyak. Hal ini terlihat dari masih menumpuknya udang di gudang-gudang pendingin.
Saut berharap kalangan pengusaha segera melakukan pembelian agar tidak semakin memperburuk harga udang. "Jangan sampai momen ini lepas begitu saja, karena setelah September potensi pasar kian kecil," ujarnya, Rabu (2/7).
Namun, menurut Thomas pengusaha pengolahan sejatinya masih melakukan pembelian udang walaupun tidak terlalu besar. Karena pengusaha tidak ingin memiliki stok banyak di saat harga tengah berfluktuasi tinggi.
Para pengusaha berharap agar harga udang stabil. Untuk itu diperlukan adanya badan penyanggah udang. Dengan demikian, petambak dan pengusaha memiliki jaminan harga, disamping tentu saja suplai udang yang kembali lancar.
Asal tahu saja, komoditas udang cukup penting bagi Indonesia. Pasalnya, udang menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar untuk sektor kelauatan dengan nilai ekspor yang mencapai US$ 1,5 miliar per tahunnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News