kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tahun ini, produksi karet PTPN III anjlok 5%


Kamis, 11 November 2010 / 08:04 WIB
Tahun ini, produksi karet PTPN III anjlok 5%
ILUSTRASI. Tambang Freeport di Tembagapura


Reporter: Herlina KD |

JAKARTA. Cuaca buruk yang melanda Indonesia membuat produksi karet PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III merosot 5%.

Direktur Utama PTPN III Amri Siregar menjelaskan, biasanya kebun milik PTPN III mampu menghasilkan karet sekitar 45.000 ton per tahun. Nah, jika tahun ini melorot sekitar 5%, itu berarti produksi karet perusahaan pelat merah ini hanya sekitar 42.750 ton.

Menurut Amri, dari produksi karet PTPN III ini, sebanyak 80% di antaranya diekspor. Sedangkan 20% sisanya dipasarkan di dalam negeri. "Sebagian besar karet produksi kita diekspor ke berbagai negara seperti China dan India," kata Amri, Selasa (110/11).

Sayang, ia enggan membeberkan berapa besar porsi ekspor ke masing-masing negara ini. Yang pasti, karet produksi PTPN III yang diekspor dibeli oleh para trader. Para trader inilah yang melakukan tender penjualan kepada para pembeli dari berbagai negara.

Curah hujan yang ekstrem tak hanya mengganggu produksi karet milik PTPN, tetapi juga di negara lain di Asia Tenggara bahkan juga India. Salah satu negara yang terparah mengalami penurunan produksi cukup besar adalah Thailand. Apalagi, negeri Gajah Putih itu sempat dilanda banjir besar.

Data Lembaga Penelitian Karet Thailand menyebutkan, sekitar 1,9 juta hektare lahan perkebunan karet atau sekitar 4,8% dari total lahan pertanian di Thailand rusak akibat banjir yang menerjang 51 provinsi. "Tingginya curah hujan saat ini memberatkan tiga produsen karet terbesar dunia, yaitu Thailand, Indonesia dan malaysia, karenanya dikhawatirkan pasokan karet akan menipis," ujar Analis DS Futures Co Chaiwat Muenmee seperti dikutip Bloomberg.

Ketua Dewan Karet Indonesia Azis Pane pun menambahkan, banjir yang terjadi di Thailand menjadi pendongkrak kenaikan harga karet dunia. Pasalnya, banjir di Thailand membuat tanaman karet tidak bisa disadap dan diangkut ke luar perkebunan.

Alhasil, alih-alih melandai, harga karet dunia justru terus meroket. Berdasarkan data Bloomberg, harga karet di bursa Komoditas Tokyo untuk pengiriman Desember 2010 sudah menembus level ¥ 361,30 per kilogram (kg) atau sekitar Rp 39.700 per kg (¥ 1= Rp 110). Harga ini mendekati rekor tertinggi sejak 30 tahun yang lalu atau sejak Februari 1980 yang berada di level 388,9 yen per kg.

Menurut Azis, kenaikan harga karet dunia ini diperparah dengan meningkatnya permintaan karet di berbagai negara. Setelah China selesai menumpuk stok karetnya, kini giliran India yang melakukan aksi borong. Akibatnya, permintaan karet oleh India naik sekitar 15%-17% dalam tiga bulan terakhir. Aksi borong Negeri Sungai Gangga ini pula yang membuat stok karet dunia semakin menipis.

Melihat kondisi cuaca yang masih tidak menentu ini, pantas saja jika Azis meramalkan bahwa harga karet dunia masih berpeluang meroket. Hanya saja, kenaikan harga karet sudah mulai terbatas. Dalam hitungannya, hingga akhir 2010, harga karet belum akan menyentuh 400 yen per kg.

Amri pun tidak menyangkal bahwa kenaikan harga karet membawa keuntungan bagi perusahaan kendati produksi mereka turun. Menurut Amri, saat ini harga karet di Indonesia bisa mencapai US$ 4,2 per kg atau sekitar Rp 37.800 per kg (asumsi US$ 1= Rp 9.000).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×