kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tanpa konsistensi, APPBI menilai PSBB Jawa-Bali dapat menghambat pergerakan ekonomi


Kamis, 07 Januari 2021 / 17:47 WIB
Tanpa konsistensi, APPBI menilai PSBB Jawa-Bali dapat menghambat pergerakan ekonomi
ILUSTRASI. Pengunjung dengan menggunakan masker berbelanja di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta Bara. KONTAN/Baihaki/28/12/2020


Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja menyatakan jika PSBB Jawa Bali yang direncanakan diberlakukan pada 11 Januari hingga 25 Januari mendatang menghambat kembali pergerakan ekonomi yang saat ini dinilai mulai membaik.

"Ada beberapa catatan atas pembatasan yang akan diberlakukan. Pertama, pembatasan harus disertai dengan penegakan terhadap pemberlakuan ataupun penerapaan atas protokol kesehatan yang ketat, disiplin dan konsisten. Jika hal tersebut tidak dilakukan maka pembatasan akan menjadi tidak efektif," jelasnya saat dihubungi Kontan, Kamis (7/1).

Alphonzus mengatakan terhambatnya pergerakan ekonomi menjadikan pusat perbelanjaan makin terpuruk. Bahkan potensi pengusaha pusat perbelanjaan menutup hingga menjual usahanya makin besar.

Pembatasan yang diberlakukan akan memperpanjang masa resesi ekonomi Indonesia dan kemungkinan besar target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5% pada tahun 2021 ini akan semakin sulit dicapai.

Baca Juga: Pembatasan kegiatan, APPBI: Perekonomian kembali terhambat

Ia juga menegaskan, pengusaha Pusat Perbelanjaan berharap pemerintah benar-benar serius dalam melakukan penegakan atas pemberlakuan ataupun penerapan Protokol Kesehatan agar pembatasan tidak menjadi sia - sia.

"Padahal sudah mengambil resiko dengan terhambatnya kembali pemulihan ekonomi," sambung dia.

Alphon mengatakan, saat ini pengusaha Pusat Perbelanjaan tidak memiliki cara lain selain melakukan efisiensi sebagai cara bertahan. Namun demikian, ia menambahkan, pihaknya juga kehabisan cara untuk melakukan efisiensi sebab sudah 10 bulan melaksanakannya.

"Maka dari itu, akan ada potensi Pusat Perbelanjaan yang tutup ataupun dijual karena sudah tidak memiliki kemampuan lagi untuk bertahan," tutup dia.

Selanjutnya: Industri Pusat Belanja Awal Tahun 2021 Masih Merana

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×