kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Target Kementan produksi 3 juta ton beras per bulan dinilai sulit tercapai


Rabu, 01 Januari 2020 / 17:52 WIB
Target Kementan produksi 3 juta ton beras per bulan dinilai sulit tercapai
ILUSTRASI. Petani memanen padi di Desa Cilangkap, Lebak, Banten, Senin (18/11/2019). Target Kementan produksi 3 juta ton beras per bulan diragukan bisa tercapai.


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Optimisme Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan produksi beras 3 juta ton per bulan pada 2020 ini dinilai tidak mudah tercapai.

Guru Besar Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas Santosa menilai target produksi beras 3 juta ton tersebut tidak mungkin tercapai.

Baca Juga: Kementan sebut produksi beras capai tiga juta ton per bulan di tahun depan

Dwi menjabarkan, bila produksi beras bisa mencapai 3 juta ton per bulan, maka produksi beras bisa mencapai 36 juta ton sampai akhir tahun 2020. Sementara, Dwi memperkirakan produksi beras di 2019 akan menurun lebih dari 2 juta ton, sehingga produksinya menjadi sekitar 30 juta ton.

"Kalau ditargetkan 36 juta ton, berarti kenaikan sekitar 20%. Tidak mungkin 36 juta ton di 2020. Pakai upaya apa pun tidak akan mungkin," tutur Dwi, Selasa (31/12).

Malah, Dwi memproyeksi produksi beras di 2020 tidak akan jauh berbeda dari 2019 atau hanya sekitar 30 juta ton."Penurunan produksi terjadi dari 2016, menurun 2017, menurun 2018 dan menurun 2019. Ini sudah tiga tahun berturut-turut. Sedangkan di 2020 hampir sama [dengan produsi 2019]. Kalaupun ada kenaikan, itu kecil," ujar Dwi.

Baca Juga: Harga bahan pangan relatif stabil, inflasi Desember diprediksi rendah

Menurut Dwi, dari pengamatannya selama 20 tahun terakhir, dinamika produksi beras di Indonesia selalu berkaitan dengan cuaca dan serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).

Dia menjabarkan, produksi pertanian di 2019 terganggu karena ada pengaruh cuaca, di 2017 didominasi oleh serangan OPT. Sementara, program pemerintah untuk menggenjot produksi pertanian sangat kecil.

Baca Juga: Kementan klaim pasokan pangan tahun 2020 cukup

Lebih lanjut Dwi menjabarkan, adanya penurunan produksi di 2019 tidak menimbulkan gejolak yang begitu besar, diakibatkan pengaruh impor beras yang lebih dari 2 juta ton di 2018.

Namun, dia menyebut akan ada potensi kenaikan harga beras di Januari-Februari 2020 bila beras impor yang ada sudah tidak bisa menutupi kekurangan produksi.

Dwi juga mengatakan, puncak panen di 2020 akan terjadi di Maret-April, dan masih ada panen pula di Mei. Produksi beras di Maret-April akan berkisar 20%-30% dari total produksi. Dengan begitu, total produksi beras akan sekitar 55% dari Januari-Juli, dan sisanya atau 45% pada Agustus-Desember.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×