kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.916.000   20.000   1,05%
  • USD/IDR 16.830   -10,00   -0,06%
  • IDX 6.400   -41,63   -0,65%
  • KOMPAS100 918   -5,59   -0,61%
  • LQ45 717   -5,96   -0,82%
  • ISSI 202   0,24   0,12%
  • IDX30 374   -3,30   -0,87%
  • IDXHIDIV20 454   -4,95   -1,08%
  • IDX80 104   -0,73   -0,70%
  • IDXV30 110   -1,18   -1,06%
  • IDXQ30 123   -1,18   -0,95%

Tarif Impor AS Picu Kekhawatiran, Sandiaga Uno Sarankan Diversifikasi Pasar Ekspor


Rabu, 16 April 2025 / 13:35 WIB
Tarif Impor AS Picu Kekhawatiran, Sandiaga Uno Sarankan Diversifikasi Pasar Ekspor
ILUSTRASI. Sandiaga Uno dalam diskusi publik di Jakarta, Selasa (15/4/2025), mendorong Indonesia untuk melakukan diversifikasi pasar ekspor dan mempercepat hilirisasi industri di tengah perang dagang AS-China.


Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: Francisca bertha

KONTAN.CO.ID - JAKARTA - Ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang terus memanas, dinilai pengusaha Sandiaga Salahuddin Uno dapat menjadi momentum bagi Indonesia untuk merevisi strategi ekspor dan mempercepat hilirisasi industri. Pasalnya, kebijakan tarif timbal balik (reciprocal tariff) sebesar 32% yang diterapkan AS terhadap sejumlah produk impor, berpotensi mengancam sektor padat karya Indonesia seperti tekstil, alas kaki, dan perikanan.

"Indonesia pasti akan terlibat. Tidak ada jalan lain selain bernegosiasi dan berdiplomasi agar produk-produk kita tidak terancam tarif tinggi yang bisa memukul industri," ujar Sandiaga dalam diskusi publik di Jakarta yang dihadiri KONTAN,  Selasa (15/4/2025).

Sandiaga menilai, masa tenggang 90 hari sebelum pemberlakuan tarif oleh AS harus dimanfaatkan pemerintah untuk melakukan diplomasi aktif. Namun, lebih dari sekadar bertahan, ia melihat kondisi ini sebagai peluang bagi Indonesia untuk melakukan diversifikasi pasar ekspor.

"Kita harus mulai serius melirik pasar non-tradisional seperti Afrika, Timur Tengah, dan kawasan Asia lainnya. Selama ini masih banyak potensi ekspor yang belum kita sentuh," jelasnya.

Baca Juga: Kebijakan Tarif Impor AS, Komisi VII Minta Pemerintah Fokus Penguatan Industri Lokal

Selain diversifikasi pasar, Sandiaga juga mendorong percepatan hilirisasi industri. Menurutnya, Indonesia perlu fokus pada ekspor produk dengan nilai tambah, bukan sekadar komoditas mentah. Ia juga menekankan pentingnya menarik investasi ke sektor-sektor bernilai tambah seperti kesehatan, pendidikan, ekonomi digital, dan ekonomi hijau.

"Ini saat yang tepat untuk menarik investasi ke sektor-sektor bernilai tambah. Hilirisasi harus dilakukan secara ekosistem, bukan hanya satu atau dua komoditas saja," ujarnya.

Senada dengan Sandiaga, Managing Director Head of Global Market & Securities Service PT Bank HSBC Indonesia, Ali Setiawan, menilai bahwa kebijakan tarif Trump secara tidak langsung menciptakan ruang bagi negara-negara seperti Indonesia untuk menjadi mitra strategis investasi dan ekspansi pasar.

Baca Juga: Tarif Impor AS bawa Dampak ke Pasar Saham, IHSG Bakal Anjlok Tajam?

"Kalau kita bisa cepat menangkap peluang ini, memfasilitasi investasi yang tepat sasaran, maka akan ada banyak manfaat yang bisa diraih," kata Ali.

Ali menambahkan, banyak perusahaan Tiongkok yang agresif mencari peluang ekspansi ke luar negeri, termasuk Indonesia, terutama di sektor otomotif dan teknologi."Di China itu everything is overbuilt. Banyak apartemen kosong, fasilitas umum kosong, dan proyek-proyek baru makin sulit ditemukan. Mereka kehabisan proyek. Jadi sekarang mereka cari peluang yang besar di luar," ujarnya.

Di tengah tensi perdagangan global yang memanas, Sandiaga menekankan pentingnya menjaga optimisme."Kita punya keunggulan, baik dari sisi sumber daya alam maupun demografi. Asal dikelola dengan tata kelola yang baik, kita masih sangat menarik bagi investor jangka menengah dan panjang," tuturnya.

Selanjutnya: Pemerintah akan Bentuk 80.000 Koperasi Desa Merah Putih, Ini Kata Pengamat

Menarik Dibaca: 10 Rekomendasi Makanan yang Bisa Menurunkan Gula Darah yang Tinggi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×