Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .
Oleh karena itu, perusahaan masih wait and see dalam menentukan patokan kinerja bisnis di semester-II 2018 ini. Apalagi seiring dengan kenaikan dolar AS terhadap rupiah juga membebani belanja bahan baku perseroan.
"Sebab bahan baku kami sebagian ada yang impor, tentu kenaikan kurs berpengaruh," kata Ing. Sebagai gambaran, di semester-I 2018 pembelian bahan baku KICI terbesar berasal dari perusahaan luar negeri, Jiangsu Guolin New Material Co.Ltd senilai Rp 9,6 miliar.
Jumlah tersebut naik 43% dibandingkan pembelian dari perusahaan yang sama pada paruh pertama tahun lalu, Rp 6,7 miliar. Selain itu KICI juga membeli bahan baku dari Prince Belgium BVBA senilai Rp 2,6 miliar yang naik 36% yoy.
Adapun produk enamel masih menguasai tulang punggung bisnis perseroan sebanyak 60% dari total pendapatan alias Rp 23 miliar, sementara sisanya Rp 15 miliar berasal dari penjualan kaleng. Penjualan terbesar berasal dari pelanggan PT Nissin Biscuit Indonesia senilai Rp 9,4 miliar atau 24% dari total revenue.
Dari segi produksi, KICI memiliki kapasitas terpasang 6,75 juta set enamel per tahun dan 1.650 ton kaleng per tahunnya. Masing-masing memiliki utilitas 50% dan 70%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News