Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Terregra Asia Energy Tbk berupaya merealisasikan pembangunan pembangkit listrik berbasis energi sumber daya terbarukan (EBT) dengan total kapasitas 500 megawatt (MW) hingga 2023 mendatang.
Perusahaan berkode emiten TGRA ini pun tengah fokus menggarap proyek pembangkit listrik EBT di Indonesia dan Australia.
Baca Juga: 22 proyek EBT kesulitan pendanaan, regulasi dan kematangan proyek jadi sorotan
Sekretaris Perusahaan TGRA Christin Soewito mengatakan, saat ini TGRA memiliki empat proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Australia dengan total kapasitas sebanyak 25 MW.
TGRA menjalankan bisnis PLTS di Australia melalui anak usahanya yaitu Terregra Renewable Pty Ltd. TGRA pun memiliki 100% saham di perusahaan tersebut.
Pada bulan Juli lalu, salah satu PLTS milik TGRA di Australia telah beroperasi dengan kapasitas sebesar 5 MW.
Masih ada tiga proyek PLTS lainnya di Australia yang berusaha diselesaikan oleh TGRA. Satu proyek PLTS berkapasitas 5 MW saat ini akan memasuki tahap pemilihan engineering, procurement, and construction (EPC). Diharapkan, penandatanganan kontrak EPC bisa segera dilaksanakan pada akhir tahun ini.
“Sedangkan dua proyek PLTS lainnya dengan kapasitas 2x50 MW masih dalam proses perizinan,” ujar Christin, Jumat (18/10) lalu.
Ia menambahkan, alasan TGRA memilih Australia sebagai lokasi proyek pembangunan PLTS disebabkan pemerintah negara tersebut memberikan kesempatan dan sumber daya yang cukup memadai untuk kelancaran proyek perusahaan.
Baca Juga: Emiten Masih Mengantre Gelar Rights Issue
TGRA juga fokus mengawal pembangunan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Mini-Hydro (PLTMH) atau pembangkit listrik berskala kecil dengan tenaga air. Saat ini, terdapat sembilan proyek PLTMH yang dijalankan TGRA di Aceh, Sumatra Utara, dan Bengkulu.
“Hingga kini belum ada yang beroperasi karena masa konstruksinya sendiri bisa membutuhkan waktu sekitar dua tahun,” papar dia.
Tak cukup sampai di situ, TGRA juga masih mengincar tender proyek PLTS di Bali yang diadakan oleh PLN sejak Maret silam. Namun, tender tersebut belum selesai. “Mungkin PLN masih menunggu pemerintahan Indonesia yang baru,” kata Christin.
Manajemen TGRA untuk sementara ini hanya akan fokus pada proyek EBT berupa PLTMH dan PLTS. Untuk PLTMH, potensi pembangkit listrik yang satu ini masih sangat besar di Indonesia. Apalagi, sumber daya air di dalam negeri cukup melimpah.
Baca Juga: Terregra Asia Energy (TGRA) menyerap belanja modal Rp 278 miliar hingga Juni lalu
Begitu pula dengan PLTS yang dianggap cukup potensial karena didukung oleh posisi geografis Indonesia yang memungkinkan untuk terus disinari matahari dalam waktu lama.
Meski memilliki portofolio bisnis di luar negeri, pihak TGRA akan memprioritaskan pembangunan proyek pembangkit listrik berbasis EBT di Indonesia.
“Untuk pembangunan PLTMH di Indonesia kecepatannya tergantung dari perizinan dan pembebasan lahan. Kalau untuk konstruksi bisa memakan waktu minimal dua tahun,” ungkap Christin.
Baca Juga: ITF Sunter ditargetkan beroperasi pada 2022
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News