kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tetap agresif, Sasa Inti bidik pertumbuhan tahun ini dobel digit


Rabu, 05 Februari 2020 / 15:54 WIB
Tetap agresif, Sasa Inti bidik pertumbuhan tahun ini dobel digit
Konferensi pers yang diadakan PT Sasa Inti bersama Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) di Jakarta (5/2/2020).


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sasa Inti terus agresif dalam menggarap pasar bumbu penyedap rasa dan bumbu instan. Di tahun ini produsen micin dengan merek Sasa tersebut optimistis memperoleh pertumbuhan omset hingga dobel digit.

Albert Dinata, GM Marketing PT Sasa Inti mengatakan, selama beberapa waktu ini pasar bumbu penyedap terus tumbuh signifikan. "Di tahun lalu, kami bahkan mampu tumbuh sekitar 20%-30%," kata dia, Rabu (5/2).

Perusahaan ini juga mengklaim masih menjadi market leader untuk produk MSG dengan penguasaan pasar antara 40%-50%. Untuk tetap bertahan, Sasa pun rajin melakukan berbagai kegiatan promosi dan marketing yang mendukung produk tersebut.

Baca Juga: Sasa mengejar pendapatan hingga Rp 4,5 triliun di 2019

Selain itu kata Albert, perusahaan juga terus mendiversifikasi produknya agar portofolio produk dapur semakin komplit. Produk terakhir yang diperkenalkan di pasaran ialah santan kemasan instan dan saus sambal.

Untuk saus sambal, bahkan di beberapa kota besar seperti di kota Medan, Sumatra Utara mampu menjadi market leader di segmennya. Adapun lini bisnis non-MSG seperti tepung bumbu, bumbu instan, santan dan saus sambal diakui Albert mulai membesar kontribusinya bagi perusahaan.

Asal tahu saja, porsi penjualan MSG di Sasa Inti awalnya berkisar 70% dari total penjualan perusahaan. Kini porsinya pun mulai susut menjadi 60% di tahun lalu. "Bukan berarti penjualan MSG turun, malah tetap tumbuh. Tapi memang lini bisnis produk lain mengalami peningkatan yang luar biasa," jelas Albert.

Di kategori tepung bumbu saja, manajemen sempat mengklaim mampu menjadi market leader dengan pangsa pasar 48%. Sementara produk santan praktis menempati nomor dua di jajaran modern market.

Jenis ritel yang dominan menyerap produk Sasa berbeda-beda tergantung jenisnya. Untuk MSG misalnya mayoritas ritel tradisional memainkan peran kunci bagi produk ini, sementara bagi produk tepung bumbu dominan penjualan ada di pasar modern.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×