Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah mendapatkan kesepakatan melanjutkan kerjasama dari BLU P3Tek KEBTKE Kementerian ESDM, Thorcon bersama PLN melangkah ke tahapan berikutnya yaitu melakukan studi persiapan implementasi.
Government Relations Manager ThorCon International Dhita Ashari mengungkapkan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Thorium diprediksi memakan waktu 7 tahun. "Target beroperasi komersial pada 2027," jelas Dhita kepada Kontan.co.id, Selasa (5/11).
Lebih jauh Dhita menjelaskan, studi kajian bersama PLN meliputi studi tapak dan harga listrik yang murah di kisaran US$ 7/kWh. Selain itu, Thorcon juga akan melakukan Test Bad Platform (TBP) yang terbagi dalam dua tahapan. TBP merupakan tahapan untuk membuktikan aspek keamanan dari desain pembangkit milik Thorcon.
Baca Juga: Harga batubara naik 2,27%, APBI: Belum menjadi tanda rebound
"Desain automatic operator jadi demi menghindari human error dan tingkat keselamatan yang tinggi," ujar Dhita.
Adapun, tahap pertama merupakan non fisi dimana dilakukan tanpa ada reaksi nuklir sehingga tidak ada radiasi. Tahapan ini diajukan pada tahap awal. Sementara itu, tahapan kedua yaitu fisi. Tahapan ini baru akan dilakukan pasca menerima restu dari pemerintah.
Dhita memastikan, ke depannya Thorcon akan terus berkoordinasi dengan sejumlah kementerian terkait seperti Kementerian ESDM, Kementerian Kordinator Maritim dan Investasi, PT Prima Layanan Nasional Engineering, PT Indonesia Power, Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten).
Baca Juga: Tertekan sentimen harga gas, cermati prospek fundamental PGAS
Asal tahu saja, Thorcon memperkirakan proyek ini akan menelan dana hingga Rp 17 triliun. "Pendanaan dari konsorsium internasional Amerika, Korea dan Uni Emirat Arab (UEA)," ungkap Dhita.
Selain itu, sejauh ini Thorcon telah menetapkan tiga titik calon proyek PLTT. Ketiga tempat ini tersebar di Kalimantan, Bangka dan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News