Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Timah Tbk (TINS) turut memasok kebutuhan produk hasil hilirisasinya, yakni timah solder ke beberapa sektor industri. Sebagaimana diketahui, timah solder merupakan pencampuran antara bahan mineral perak dan timah yang berfungsi menyambungkan dua buah komponen logam.
Sekretaris Perusahaan TINS Abdullah Umar Baswedan mengatakan, pihaknya memiliki kemampuan produksi timah solder sebanyak 2.000 ton per tahun. Hanya saja ia tidak menjelaskan realisasi produksi timah solder TINS selama tahun 2022 berjalan. Yang terang, biasanya TINS memproduksi timah solder berdasarkan pesanan yang masuk dari pelanggan.
“Timah solder ini digunakan untuk kebutuhan industri elektronik dan otomotif,” kata dia, Senin (5/9).
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Emiten BUMN Usai Laporkan Kinerja Semester I-2022
Asal tahu saja, TINS menjalankan kegiatan produksi timah solder melalui anak usahanya yaitu PT Timah Industri. Perusahaan ini fokus pada pengembangan produk hilirisasi komoditas timah. Adapun pabrik pembuatan timah solder TINS berada di Cilegon, Banten.
Abdullah melanjutkan, sebanyak 96% timah solder yang dibuat TINS ditujukan untuk pasar ekspor. Negara tujuan ekspor produk tersebut cukup beragam, misalnya Taiwan, China, Korea Selatan, India, dan Singapura. “Sisa 4% hasil produksi timah solder kami dijual untuk konsumsi di dalam negeri,” imbuh dia.
Dalam berita sebelumnya, Manajemen TINS berkeinginan meningkatkan kemampuan produksi pabrik timah soldernya, bersamaan dengan pabrik timah chemical, setidaknya dua kali lipat. Hal ini demi mendukung kelancaran hilirisasi dan pelarangan ekspor timah yang diwacanakan pemerintah.
Baca Juga: Tarif Royalti Tambang Naik, Simak Saham-Saham Komoditas Jagoan
Namun, pihak TINS tidak menyebut secara rinci kebutuhan investasi untuk penambahan kapasitas pabrik timah solder maupun timah chemical tersebut. Di sisi lain, proses penambahan kapasitas secara lengkap di pabrik tersebut membutuhkan waktu lebih dari satu semester.
Sebagai informasi, pada semester I-2022, TINS memproduksi bijih timah sebanyak 9.901 ton atau turun 14% secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 11.457 ton. Dari jumlah tersebut, 39% atau 3.829 ton di antaranya berasal dari penambangan darat, sedangkan sisanya 61% atau 6.072 ton berasal dari penambangan laut.
TINS juga mengalami penurunan produksi logam timah sebesar 26% secara tahunan dari 11.915 ton pada semester I-2021 menjadi 8.805 ton pada semester I-2022.
Baca Juga: Timah (TINS) Cari Mitra Strategis Kembangkan Logam Tanah Jarang
Hingga akhir semester I-2022, penjualan logam timah TINS turun 21% secara tahunan dari 12.423 ton pada semester I-2021 menjadi 9.942 ton pada semester pertama 2022. Beruntungnya, harga jual rerata logam timah pada semester I-2022 naik signifikan 48% secara tahunan menjadi US$ 41.110 per ton.
Alhasil, secara finansial, pendapatan TINS di semester I-2022 naik 27% secara tahunan menjadi Rp 7,47 triliun. Adapun laba bersih TINS melesat 301% secara tahunan menjadi Rp 1,08 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News