kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tingginya Harga Batubara Bisa Permudah Pendanaan Eksternal, Begini Respons Pemainnya


Minggu, 29 Mei 2022 / 19:30 WIB
Tingginya Harga Batubara Bisa Permudah Pendanaan Eksternal, Begini Respons Pemainnya
ILUSTRASI. PT Indika Energy Tbk (INDY)


Reporter: Arfyana Citra Rahayu, Muhammad Julian | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tingginya harga batubara membuat peluang emiten batubara dalam meraup pendanaan semakin besar. Setidaknya, hal inilah yang dialami oleh PT Indika Energy Tbk (INDY).

Belum lama ini, lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings, merevisi outlook emiten batubara berkode saham INDY tersebut.

Dengan adanya revisi ini, outlook INDY yang semula negatif diubah menjadi stabil. Di samping itu, Fitch Ratings Indonesia telah menerbitkan peringkat nasional jangka panjang Indika di A+(idn) dengan outlook stabil. Belum ketahuan, seperti apa langkah dan rencana INDY ke depan dengan adanya outlook dan peringkat nasional yang disematkan ini.

Proyeksi Fitch, tingginya harga batubara saat ini akan terus meningkatkan penyangga  keuangan INDY di tahun 2022. Tingginya harga batubara jua dinilai akan mengurangi risiko terhadap profil keuangan INDY pada tahun 2023-2024 saat investasi diversifikasi INDY dalam meningkatkan pendapatan non batubara diperkirakan meningkat.

Baca Juga: Jaga Kinerja, Begini Strategi Adaro Energy (ADRO) Amankan Kebutuhan Alat Berat

"Kami memperkirakan saldo kas India akan meningkat di atas US$ 1 miliar pada tahun 2022, yang akan mendukung investasi yang didorong oleh diversifikasi selama tiga tahun ke depan," tulis Fitch Ratings dalam laman resminya, Senin (23/5).

Terlepas dari fluktuasi pergerakannya, harga batubara memang masih berada di angka yang tinggi. Pada Minggu sore (29/5) misalnya, harga batubara ICE Newcastle untuk kontak Juni terpantau masih di atas US$ 300 per ton. 

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia memperkirakan, kenaikan harga komoditas masih akan berlanjut. Dirinya optimis, hal ini bisa mempermudah perusahaan tambang, termasuk batubara, dalam menghimpun pendanaan eksternal.

“Yah dengan kenaikan harga komoditas yang diperkirakan masih akan berlanjut tentu menjadi daya tarik dari pihak funders untuk membiayai aktivitas pertambangan termasuk batubara,” tutur Hendra kepada Kontan.co.id (29/5).

Meski begitu, harga batubara yang tinggi nampaknya belum mendorong sejumlah emiten batubara memanfaatkan momen untuk menghimpun pendanaan eksternal. 

Baca Juga: Keterbatasan Pasokan Alat Berat Hambat Industri Pertambangan Tingkatkan Produksi

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) misalnya, mengaku belum memiliki rencana untuk mencari pendanaan eksternal. "Kami sedang berfokus mempercepat pelunasan utang," ujar Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI, Dileep Srivastava kepada Kontan.co.id (29/5).

Sebagai gambaran, mengutip laporan keuangan perusahaan, total liabilitas BUMI tercatat sebesar US$ 3,57 miliar per 31 Desember 2021, sementara ekuitas neto BUMI tercatat sebesar US$ 646,44 juta per 31 Desember 2021.

Total  liabilitas tersebut terdiri atas liabilitas jangka pendek US$ 2,87  miliar dan liabilitas jangka panjang US$ 700,14 juta. 

Dalam liabilitas jangka pendek per 31 Desember 2021 tersebut, terdapat komponen pinjaman jangka pendek US$ 30 juta, utang kepada pemerintah US$ 25,29 juta, dan pinjaman jangka panjang yang jatuh tempo waktu setahun sebesar US$ 1,31 miliar.

Sama seperti BUMI,  PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) juga belum memiliki rencana mencari pendanaan eksternal baru dengan alasan yang berbeda. "Sejauh ini pinjaman dari Bank Mandiri sudah cukup," kata  Sekretaris Perusahaan  GEMS, Sudin Sudiman kepada Kontan.co.id (27/5).

Sebelumnya, GEMS dan anak usahanya, yakni PT Borneo Indobara (BIB), memang telah mengantongi pinjaman dari Bank Mandiri dengan plafon hingga US$ 50 juta. Ditandatangani pada 29 November 2021 lalu, fasilitas pinjaman tersebut memiliki jangka waktu 5 tahun atau sampai dengan tanggal 23 Desember 2026 ini.

Sikap serupa juga dijumpai pada PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO). "Saat ini perusahaan belum mempunyai rencana untuk menghimpun dana eksternal melalui pinjaman. Keuangan perusahaan dalam kondisi baik dengan akses ke likuiditas sebesar US$ 1,98 miliar pada akhir kuartal  I 2022," ungkap Head of Corporate Communication ADRO, Febriati Nadira kepada Kontan.co.id (27/5).

Mengutip laporan keuangan interim ADRO, saldo kas dan setara kas pada akhir periode sebesar US$ 1,55 miliar per 31 Maret 2022. Di sisi lain, berdasarkan siaran pers perusahaan tertanggal 28 April 2022, ADRO juga memiliki akses US$ 185 juta dalam bentuk investasi lainnya dan US$ 242 juta dalam bentuk komitmen fasilitas pinjaman yang belum dipakai. Dengan demikian, total likuiditas ADRO berjumlah US$ 1,98 miliar pada akhir kuartal I 2022. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×