Reporter: Agung Hidayat | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) berencana bakal menambah tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) pada tahun depan untuk vendor ponsel. Saat ini TKDN untuk ponsel masih 20%. Namun demikian vendor ponsel masih mempertanyakan soal rencana itu meski mereka siap untuk meningkatkan TKDN dengan beberapa syarat.
Sebelumnya Firmansyah Lubis, Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kominfo mengatakan, bahwa impor ponsel setiap tahun mengalami penurunan dimana ia melampirkan data pada tahun 2017, impor ponsel hanya 11,4 juta unit sedangkan produksi dalam negeri sudah mencapai 60,4 juta unit.
Bila dibandingkan dengan tahun 2013, tercatat impor ponsel mencapai 62 juta unit dengan nilai mencapai US$ 3 miliar sedangkan produksi dalam negeri hanya 105.000 unit saja. Sementara itu bergulir wacana pemerintah bakal meningkatkan TKDN tahun depan.
Vice President PT Samsung Electronics Indonesia Lee Kang Hyun mengatakan, pihaknya tengah menunggu keputusan pemerintah soal TKDN, apakah kandungannya akan dinaikkan atau tidak tahun depan.
"Saat ini kami sedang mencoba beberapa alternatif seperti mencari supplier supplier komponen lokal yang dapat memenuhi standar kami dan itu tidak mudah ditemui karena masih terbatas jumlahnya atau bahkan tidak ada sama sekali di Indonesia," beber Lee kepada Kontan.co.id, Selasa (6/11).
Selain itu perseroan juga tengah mempersiapkan aplikasi buatan Samsung Riset Indonesia yang diharapkan dapat meningkatkan TKDN produknya. "Hal ini juga telah kami sampaikan pemerintah akan keterbatasan industri komponen di Indonesia dan ke depannya ini akan menjadi kendala bagi industri selular," ungkap Lee.
Di kuartal dua 2018 ini, menurut data IDC, Samsung masih menjadi market leader untuk smartphone di Indonesia, dengan porsi 27% dari total pengapalan (shipments) di kuartal tersebut yang sebanyak 9,4 juta unit. Namun pangsa pasar Samsung tersebut tercatat mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 35%. Mengenai target, Lee mengaku tidak punya angka khusus selain perseroan bakal memproduksi sebanyak permintaan dari konsumen.
Adapun bagi Aryo Meidianto, Public Relation Manager Oppo Indonesia, perseroannya telah merealisasikan TKDN produk jauh-jauh hari sebelum skema regulasinya dikeluarkan. "Sampai saat ini nilainya (TKDN smartphone) Oppo terus bertambah, rata-rata semuanya diatas 30%," sebutnya kepada Kontan.co.id, Selasa (6/11).
Sebagai vendor smartphone, Oppo mengaku siap-siap saja jika ada kenaikan nantinya dengan TKDN yang baru. "Namun sekarang kembali lagi ke pemerintah, siap mendukungkah?," tanya Aryo.
Sebab, ia mengungkapkan jika perseroan bakal investasi lebih, taruhlah melakukan pengembangan pabrik sampai membuat kawasan berikat apakah akan dipermudah izinnya. "Kemudian kalau sudah kami serius lakukan akankah pemerintah juga membangun dari sisi perlindungan usaha termasuk mencegah masuknya barang-barang non resmi yang masuk tanpa TKDN," sebutnya.
Berkaca di kuartal dua 2018 ini Oppo masih menduduki tiga besar brand smartphone di Indonesia, dengan porsi 18% dari total pengapalan (shipments) di kuartal tersebut atau sebanyak 1,6 juta unit. Namun pangsa pasar Oppo seperti halnya Samsung, tercatat mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar 24%.
Bicara soal target, Aryo mengatakan Oppo tidak mematok angka yang muluk-muluk. "Kami lebih tonjolkan kepada target value dari perangkat dan perusahaan OPPO sendiri. Target kita terhadap Top Of Mind perangkat selfie sudah tercapai, sekarang bagaimana membuat presepsi konsumen bahwa Oppo perusahaan yang inovatif juga dalam segi desain," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News