Reporter: Ardian Taufik Gesuri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - YOGYAKARTA. Tren perlambatan industri manufaktur rupanya tidak hanya menekan setoran pajak ke negara. PT Pelabuhan Indonesia (Persero) alias Pelindo pun ikut merasakan imbas dinamika di industri pengolahan tersebut.
Menurut Arif Suhartono, Direktur Utama Pelindo, trafik petikemas di pelabuhan-pelabuhan yang dikelola Pelindo turun 4% secara year on year pada April 2023 lalu, terutama trafik petikemas internasional.
Secara bisnis, nilai penurunan trafik tersebut bagi Pelindo terbilang kecil.
“Yakni sekitar US$ 9 juta atau Rp 150 miliar. Tapi itu menggambarkan dinamika industri global dan nasional,” ujar Arif.
Arif sendiri mengaku tidak tahu apa saja barang di petikemas yang mengalami penurunan, karena itu barang milik klien. Tapi pihaknya akan meneliti lebih jauh, petikemas dari mana dan tujuan ke mana saja yang mengalami penurunan, sehingga mendapat gambaran industri apa saja yang mengalami penurunan ini.
Baca Juga: Pelindo Multi Terminal Catatkan Arus Bongkar Muat Komoditas Curah Cair 7,1 Juta Ton
Tercatat, trafik pelabuhan petikemas Pelindo sepanjang tahun 2022 sebanyak 11,16 juta teus (twenty-foot equivalent unit). Sehingga, bila terjadi penurunan arus petikemas sekitar 3%-4% belum berdampak besar terhadap keuangan Pelindo.
Putut Sri Muljanto, Direktur Pengelola Pelindo, memaparkan bahwa penurunan itu hanya terjadi pada trafik petikemas internasional.
“Trafik petikemas domestik masih naik. Begitu juga car terminal, pelabuhan curah, mengalami kenaikan. Bahkan pelabuhan ro-ro (kapal roll on-roll off) naik tinggi, sampai 200%,” ujar Putut.
Secara finansial, laba bersih Pelindo pada tahun 2022 mencapai Rp 3,9 triliun, naik 23% dibandingkan dengan laba bersih tahun 2021 sebesar Rp 3,2 triliun. Arif menargetkan tahun 2023 ini pun laba Pelindo naik signifikan.
Pelabuhan seperti terminal bus
Untuk mencapai kinerja optimal itulah, perusahaan induk pelabuhan yang merupakan hasil merger Pelindo I sampai Pelindo IV pada Oktober 2021 ini melakukan serangkaian strategi.
Arif menjelaskan, pekerjaan pertama holding adalah terkait layanan.
“Pelindo ini harus balik ke khitahnya, balik ke basisnya sebagai perusahaan layanan. Enggak usah jauh-jauh, ya perbaiikilah layanan itu, seperti memperpendek port stay,” kata Arif.
Arif mengibaratkan Pelindo seperti terminal.
“Bus itu akan dapat duit kalau busnya jalan. Kalau terus di terminal kan enggak dapat duit,” ucap pria kelahiran Banyumas tahun 1970 itu.
Pengurangan port stay tersebut, menurut Arif, bisa berdampak baik ke Pelindo, shipping line, dan environment-nya.
“Efisiensi akan terjadi,” ujar lulusan ITB yang merampungkan S2 di Yokohama National University dan Nanyang Technology University.
Sejalan dengan itu, Pelindo melanjutkan transformasi pelabuhan melalui kegiatan standardisasi dan sistemisasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan secara berkelanjutan.
Di samping itu, Pelindo juga melakukan pemurnian bisnis.
Baca Juga: Ini Perkembangan Arus Bongkar Muat Pelindo Multi Terminal Kuartal I-2023
“Sebelum merger, kalau Pelindo I sampai Pelindo IV itu digabung maka keluarganya menjadi banyak banget. Entitasnya lebih dari 40. Sementara beberapa di antaranya mengerjakan hal yang sama. Ada pula satu entitas melakukan banyak hal. Itulah yang kami gabung. Kami kelompokkan petikemas dengan petikemas, non-petikemas dengan non-petikemas, dan seterusnya,” ujar Arif.
Ia menambahkan bahwa dalam melakukan konsolidasi ini tidak sekali jadi, tapi melalui proses bertahap. Karena ini akan berdampak pada organisasi, dan di dalam organisasi itu ada orang-orang.
Selanjutnya, Pelindo juga mendorong ke depannya menjadi traffic creator, menciptakan trafik. Untuk itu Pelindo harus melakukan kolaborasi dengan industri. Contohnya di Gresik, Pelindo kolaborasi dengan AKR menciptakan kawasan industri yang terintegrasi dengan pelabuhan.
“Itu yang akan kami dorong ke depan karena akan menciptakan trafik tambahan,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News