Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Trans Retail Indonesia menyampaikan bahwa anggapan bahwa ritel modern mengganggu ceruk pasar tradisional kurang tepat. Manajemen justru menyampaikan hadirnya ritel modern justru melengkapi potensi yang dimiliki pasar tradisional.
Satria Hamid Ahmadi, VP Corporate Communications Transmart Carrefour menyampaikan bahwa segmentasi antara ritel modern dan pasar tradisional sangat berbeda. Apalagi keduanya memiliki karakateristik konsumen yang berbeda-beda sehingga keliru bila mempertentangkan keduanya.
“Kami kalau ada di daerah, secara naluriah bisnis pasti akan bekerjasama dengan daerah. Misalnya sayuran itu umurnya pendek tidak mungkin itu datangkan dari jauh karena logistiknya mahal jadi itu kerjasama dengan pengusaha lokal,” ujar Satria kepada Kontan.co.id, Senin (9/7).
Dirinya mengatakan bahwa setiap gerai baru yang dibuka selalu mematok porsi 20%-30% untuk produk lokal baik itu untuk fresh dan groceries. Hal ini yang membuka peluang akses pasar yang lebih luas untuk pelaku UMKM di wilayah tempat gerai Transmart berada.
Apalagi secara segmen pasar antara pasar tradisional dan ritel modern juga berbeda, Trans Retail saat ini menyasar segmentasi kelas menengah dan menengah atas. Oleh karena itu, dirinya mengatakan alih-alih menjadi kompetitor, justru ritel modern dan pasar tradisional bisa saling melengkapi.
“Ada ritel modern penyerapan produksi nasional dan supply barang kan jadi langsung ke mereka (masyarakat), selain itu ada efek dominonya dengan membuka lapangan kerja baru, pertumbuhan kos-kosan dan peningkatan harga tanah karena ekonomi akan menggeliat disitu,” ujar Satria.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News