kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Transformasi energi menuju pemanfaatan energi terbarukan demi masa depan


Kamis, 14 November 2019 / 11:24 WIB
Transformasi energi menuju pemanfaatan energi terbarukan demi masa depan
ILUSTRASI. Petugas menunjukkan sampel bahan bakar B30 saat peluncuran uji jalan Penggunaan Bahan Bakar B30 untuk kendaraan bermesin diesel di halaman Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/6/2019). Uji jalan kendaraan berbahan bakar campuran biodiesel 30 persen pada b


Reporter: Dimas Andi, Filemon Agung | Editor: Cipta Wahyana

KONTAN.CO.ID -Umur bumi semakin renta. Di saat yang sama, perubahan iklim dan efek gas rumah kaca mengancam populasi manusia. Dari sini, sektor energi berkontribusi signifikan terhadap kerentanan itu. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, inovasi dan pengembangan energi baru terbarukan adalah sebuah keniscayaan sekaligus harapan. Karenanya, transformasi energi menuju energi terbarukan adalah solusi yang harus diperjuangkan bersama.

Kini, populasi dunia mendambakan akses energi secara universal yang ramah lingkungan, terjangkau, andal dan modern. Sejak Protokol Kyoto tentang perubahan iklim pada 1997 silam, pengembangan energi yang ramah lingkungan terus menggelinding. Dari sinilah sejarah transformasi energi global dan pemanfaatan energi baru terbarukan berawal.

Implementasi energi baru terbarukan atau populer dengan sebutan energi hijau  memang semakin masif. International Renewable Energy Agency (Irena), dalam publikasi Global Energy Transformation A Roadmap to 2050 menyebutkan, selama beberapa tahun terakhir telah terjadi penurunan biaya sebesar 73% dalam pengembangan energi baru terbarukan.

Selain menyoroti transisi energi melalui pengembangan energi baru, Irena menilai kehadiran bioenergi. "Bioenergi akan memegang peranan penting untuk kelistrikan, penerbangan dan proses di sektor industri," terang Irena dalam publikasinya. Penerapan bioenergi diklaim mampu berkontribusi besar untuk menurunkan emisi.

Secara global, Irena menilai transisi energi membutuhkan lebih sedikit subsidi. Total subsidi bisa dipangkas US$ 10 triliun hingga 2050. Bentuk dan sasaran subsidi juga perlu dialihkan ke teknologi dan efisiensi energi, bukan melulu menyasar listrik dan bahan bakar fosil.

Indonesia juga menangkap sinyal global dan mulai masif mengembangkan energi baru. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan, perlu ada inovasi baru dalam upaya memetakan arah pengembangan energi nasional. "Hal ini yang harus kita bahas bersama. Misalnya terkait dengan kapasitas," ungkap Arifin Tasrif, seperti dikutip laman resmi Kementerian ESDM, pada awal bulan ini. Arifin bahkan memastikan, pemerintah membuka pintu dialog dalam upaya pengembangan energi non-fosil.

Sejumlah perusahaan di dalam negeri mengamini kehadiran teknologi dalam upaya mengembangkan lini bisnis serta menjamin energi bersih di Indonesia. Direktur Pengolahan PT Pertamina, Budi Santoso Syarif, mengatakan  bahwa Pertamina terus melakukan terobosan dalam pengembangan energi terbarukan, salah satunya melalui program campuran biodiesel sebesar 20% (B20) yang berlanjut dengan program B30 pada tahun depan. "Sejak tahun 2016, Pertamina memproduksi B20 baik untuk kebutuhan PSO maupun non-PSO yang dikembangkan secara luas," ujar dia.

Sejak 2016 hingga September 2019, Pertamina telah mendistribusikan B20 sebanyak 61,48 juta kiloliter (kl) dengan total penyerapan minyak nabati atau fatty acid methyl ester (FAME) mencapai 13,71 juta kl. Program B20, kata Budi, telah membantu penghematan devisa tahun 2018 senilai Rp 28,4 Triliun dan tahun ini ditargetkan US$ 3 miliar atau Rp 42 triliun.

Wakil Direktur Utama PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN) Wilson Maknawi menilai, aspek teknologi sangat mendukung pengembangan energi baru terbarukan. "Semisal untuk teknologi solar PV yang semakin canggih," tutur dia. Perusahaan ini berencana membangun pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBm) dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

Wakil Direktur Utama PT Terregra Asia Energy Tbk (TGRA), Lasman Citra, mengungkapkan pihaknya terus berupaya memanfaatkan teknologi, khususnya dalam pengembangan energi baru. "Kami selalu konsisten mempromosikan energi terbarukan, terutama ke sektor industri komersial," kata dia.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×