kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,31   7,91   0.88%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Transformasi Industri Tekstil Dinilai Memerlukan Aksi Kolaboratif


Rabu, 30 November 2022 / 17:56 WIB
Transformasi Industri Tekstil Dinilai Memerlukan Aksi Kolaboratif
ILUSTRASI. Rantai Tekstil Lestari.


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga nirlaba tekstil berkelanjutan, Rantai Tekstil Lestari (RTL), terus mendorong penguatan aksi kolaborasi antar pemangku kepentingan dalam rangka mewujudkan transformasi industri tekstil dan fesyen yang berkelanjutan di Indonesia. 

Sustainable fashion, circular fashion tidak hanya sebuah tren, yang muncul sesaat kemudian lenyap. Transformasi ini nyata," kata Basrie Kamba, Ketua Umum RTL dalam keterangannya, Rabu (30/11).

"Hanya dengan aksi kolaborasi termasuk melakukan beberapa pilot project antar stakeholders, termasuk industri, akademisi, desainer, pemilik brand internasional, dan pemerintah, Indonesia akan mampu mengatasi tantangan dan mendapatkan porsi dari pasar tersebut yang saat ini masih dalam kisaran US$ 10 miliar,” ujar dia.

Menurut Basrie, industri fesyen global senilai US$ 1,3 triliun per tahun sedang memasuki era pembangunan yang berkelanjutan dan sirkular. Indonesia, dengan nilai ekspor sebesar US$ 13 miliar tahun lalu, masih merupakan produsen tekstil penting dan inti dari rantai pasokan dunia. 

Baca Juga: Kuatkan Kerja Sama Industri, Kemenperin Latih Lebih dari 200.000 Peserta

“Reformasi rantai industri sirkular dan praktik ekonomi sirkular di industri TPT global ini tentunya akan memberikan tantangan sekaligus peluang bagi para pemain Indonesia,” tambah Basrie. 

Dalam konferensi dalam “Indonesia Sustainable Conference 2022, ada dua pembicara asing yakni Henriette Faergemann dari Kedutaan Besar Komisi Eropa di Jakarta dan Cyndi Rhoades, pendiri dari Worn Again Technologies dan World Circular Textile Day. Panelis lain termasuk Amalia Adininggar Widyasanti, deputi bidang ekonomi, BAPPENAS, Michelle Tjokrosaputro, Sekretaris Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Svida Alisjahbana, CEO dari GCM Group. 

Basrie mengatakan konferensi pertama RTL ini bertujuan untuk mengintegrasikan dan berkolaborasi mendukung transformasi industri tekstil dan fesyen tanah air dalam memberikan dampak secara sosial, ekonomi dan lingkungan di Indonesia.  

Ketua Umum KADIN Indonesia, Arsjad Rasjid, menghimbau agar pelaku industri tekstil dan fesyen dapat menerapkan prinsip keberlanjutan pada seluruh mata rantai operasional. Hal ini sejalan dengan KADIN Net Zero Hub, yakni sebuah ekosistem yang menghubungkan seluruh pemangku kepentingan dalam energy transtition dalam upaya dekarbonisasi. 

Baca Juga: Market Leader Industri Pelumas, Pertamina Lubricants Produksi 270.000 KL Per Tahun

Amalia Adininggar Widyasanti menegaskan bahwa Bappenas berkomitmen untuk ikut mewujudkan terbentuknya masterplan tekstil Indonesia dimana didalammya termasuk peta jalan transformasi industri tekstil dan fesyen yang berkelanjutan.

“Dengan kolaborasi, nantinya kita dapat menyusun peta jalan yang sejalan dengan prinsip SDGs, yaitu dengan pendekatan perencanaan pembangunan yang Tematis, Holistik, Integratif dan Spasial,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×