Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Skema pembelian rumah lewat Kredit Pemilikan Rumah (KPR) makin ditinggalkan konsumen.
Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia (BI) pada triwulan I 2025 menunjukkan tren penurunan pangsa pasar pembelian rumah melalui KPR.
Pada kuartal I 2025, pembelian rumah lewat KPR hanya mencatatkan pangsa pasar sebesar 70,68%.
Baca Juga: Walau Melambat, KPR Perbankan Masih Tumbuh di Kuartal l 2025
Angka ini terus menyusut dibanding periode sebelumnya:
- Kuartal IV 2024: 72,54%
- Kuartal III 2024: 75,80%
- Kuartal II 2024: 75,52%
- Kuartal I 2024: 76,25%
Sebaliknya, skema pembayaran tunai bertahap dan tunai langsung justru menunjukkan tren naik.
Tunai bertahap: naik dari 16,59% (Q1 2024) menjadi 19,53% (Q1 2025)
Tunai langsung: naik dari 7,17% menjadi 9,79% pada periode yang sama
Dampaknya, pertumbuhan nilai kredit KPR perbankan pada Q1 2025 hanya mencapai 9,13% YoY, melambat dari 9,67% YoY pada Q1 2024.
Baca Juga: Bank CIMB Niaga Salurkan KPR syariah Rp 400 Miliar pada Kuartal I-2025
Pasar Pulih Didukung Rumah Kecil
Dari sisi volume penjualan, sektor properti residensial mulai menunjukkan pemulihan.
Secara tahunan (YoY), penjualan rumah tumbuh 0,73% pada Q1 2025 setelah mengalami kontraksi tajam 15,09% pada periode yang sama tahun lalu.
Katalis utama pemulihan datang dari segmen rumah tipe kecil, yang mencatat lonjakan penjualan sebesar 21,75% YoY, rebound dari minus 23,70% YoY di Q1 2024.
Baca Juga: Berencana Membeli Rumah dengan KPR? Ini 11 Biaya Akta KPR yang Wajib Anda Ketahui
Sebaliknya, segmen rumah tipe menengah dan besar justru mengalami kontraksi: Tipe menengah: turun 35,76% YoY, dan Tipe besar: turun 11,69% YoY
Secara kuartalan (QtQ), pasar properti residensial juga menguat. Penjualan rumah primer tumbuh 33,92% pada Q1 2025, membaik dari kontraksi 6,62% di kuartal sebelumnya.
Lagi-lagi, rumah kecil jadi penopang utama dengan lonjakan penjualan 83,97% QtQ setelah sebelumnya tertekan 11,94%.
Faktor Penghambat Masih Ada
Laporan BI juga menyoroti sejumlah kendala utama yang masih membebani sektor properti residensial, antara lain: Kenaikan harga bahan bangunan (19,87%), Suku bunga KPR yang tinggi (15,30%), Masalah perizinan (14,79%), Besarnya uang muka KPR (11,17%), dan Beban perpajakan (9,02%)
Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun pasar mulai pulih, pengembang dan perbankan tetap perlu merespons perubahan preferensi konsumen serta mengatasi hambatan struktural agar sektor properti bisa tumbuh lebih solid.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News