Reporter: Muhammad Julian | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Alkindo Naratama Tbk (ALDO) memutuskan untuk menunda agenda ekspansi penambahan kapasitas produksi lini usaha kertas cokelat yang dijalankan melalui entitas anak usaha PT Eco Paper Indonesia. Keputusan ini ditetapkan atas dasar pertimbangan kondisi yang serba tidak pasti akibat pandemi corona (covid-19).
“Jadi kami menunggu, kami masih mau melihat keadaan covid ini bisa sampai seberapa jauh, bagaimana dampaknya terhadap ekonomi secara menyeluruh, karena itu sudah masuk ke sesuatu investasi cukup besar untuk kita, jadi kita agak lebih hati-hati untuk itu,” kata Direktur Utama PT Alkindo Naratama Tbk, Herwanto Sutanto dalam paparan publik yang dihelat secara virtual, Kamis (13/8).
Sedikit kilas balik, sebelumnya ALDO berencana memanfaatkan lahan eksisting seluas 20 hektare (ha) dari pabrik kertas cokelat Eco Paper Indonesia di Subang, Jawa Barat untuk membangun pabrik kertas cokelat anyar berkapasitas 150.000 ton per tahun.
Baca Juga: Alkindo Naratama (ALDO) optimistis mampu bukukan penjualan Rp 1,1 triliun tahun ini
Mulanya, eksekusi pengerjaan pabrik yang diperkirakan memakan investasi sebesar Rp 350 miliar tersebut diagendakan mulai berjalan tahun ini dan beroperasi komersil pada kuartal IV tahun depan. Pabrik baru tersebut akan menggenapi pabrik eksisting Eco Paper Indonesia yang saat ini memiliki kapasitas sekitar 70.000 ton per tahun.
Meski menunda pembangunan pabrik anyar, ALDO masih akan melakukan ekspansi-ekspansi yang tidak terlalu besar, salah satunya yakni ekspansi pengembangan unit usaha baru.
Herwanto bilang, pihaknya telah menyiapkan anggaran sekitar Rp 6 miliar untuk mengembangkan produk baru berupa kemasan makanan paper box. Produk kemasan makanan yang terbuat dari kertas cokelat tersebut diproduksi langsung oleh PT Alkindo Naratama Tbk selaku entitas induk, sementara bahan baku kertas cokelat yang dibutuhkan dalam pembuatan produk baru dipasok oleh entitas anak usaha Eco Paper Indonesia.
Baca Juga: Bagi pelaku bisnis kemasan, segmen pasar UMKM masih menarik digarap
Kegiatan distribusi dan penjualan paper box sudah dilakukan sejak kuartal pertama tahun ini. Kini, distribusi dan penjualan paper box sudah menjangkau u para pelaku usaha UMKM yang tersebar di beberapa wilayah mulai dari Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Sulawesi Selatan.
Sampai dengan akhir semester I 2020 lalu, ALDO telah menghabiskan Rp 3,5 miliar dari total anggaran untuk menambah line produksi serta membeli mesin-mesin produksi yang dibutuhkan dalam pengembangan.
“Di second half masih ada sekitar Rp 3 miliar lagi, itu akan ada penambahan kombinasi dari tambahan beberapa line dan area spacenya,” kata Herwanto.
Baca Juga: Salah seorang kepala daerah di Kaltim diduga beli Pulau Malamber Mamuju Rp 2 miliar
Sepanjang semester pertama tahun ini, penjualan bersih ALDO menyusut 7,77% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp 519,62 miliar. Secara terperinci, realisasi penjualan bersih tersebut terdiri atas penjualan kertas sebesar Rp 183,67 miliar, kertas konversi Rp 138,06 miliar, kimia Rp 121,40 miliar, dan polimer Rp 76,46 miliar.
Seturut penurunan pada sisi top line, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk ikut turun 18,96% yoy dari semula Rp 22,67 miliar di semester I 2019 menjadi Rp 19,06 miliar di semester I 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News