Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) masih tetap optimistis bisa mencatatkan kinerja positif hingga akhir tahun ini, meski kinerja perusahaan tambang asal Brasil ini merugi di semester I-2016.
Vale mencatatkan kerugian US$ 20 juta di periode tersebut akibat pendapatannya yang anjlok 60%, dari US$ 409,66 juta (semester I 2015) menjadi US$ 20 juta.
Menurut Presiden Direktur Vale Indonesia Nico Kanter, kondisi tersebut terjadi lantaran harga nikel di pasar dunia tengah turun. Bila tahun lalu harga nikel bisa tembus US$ 15.000 per ton, kini tinggal US$ 6.000 ton. Inilah yang membuat pendapatan Vale terpangkas lebih dari separuh di semester I-2016.
Padahal, dari sisi produksi, perusahaan tambang ini tidak mempunyai masalah. Nah, berkaca dari kondisi inilah, manajemen Vale tengah berupaya memperbaiki kinerja. Salah satu cara adalah dengan efisiensi produksi supaya margin perusahaan ini
tetap terjaga.
Sayang, Nico tidak memerinci langkah penghematan yang bakal Vale lakoni. Yang jelas, untuk urusan energi listrik, perusahaan ini sudah mempunyai pembangkit listrik tenaga air (PLTA) sendiri. Nah, dari sisi produksi, PLTA jelas lebih efisien ketimbang penambang lain yang mengandalkan sumber energi lain, misalnya batubara.
Karena itu, Vale Indonesia tidak menurunkan target jumlah produksi nikel yang mencapai 80.000 ton sepanjang tahun ini. Adapun produksi hingga semester satu tahun ini mencapai 36.256 ton. Hasil ini turun tipis 1,2% dari produksi nikel di semester I-2015, yakni 36.727 ton. "Secara full year, kami tidak mengubah target produksi, cuma cost management saja" kata dia kepada KONTAN, Jumat (19/8).
Pasalnya, dua pelanggan utama Vale Indonesia, yakni perusahaan terafiliasi Vale Canada Ltd dan mitra kerja Sumitomo Metal Mining, sudah berkomitmen bakal menyerap berapa pun produksi dari perusahaan ini mengikuti harga pasaran dunia.
Lewat langkah ini, Nico berharap kinerja Vale Indonesia sampai akhir tahun ini bisa berubah positif mencatatkan laba. Sayang, ia tidak menjelaskan secara detil.
Yang jelas, ia berharap harga nikel di pasar dunia bisa membaik. Untuk itu, ia menyarankan kepada pemerintah tetap memberlakukan larangan ekspor mineral mentah ke pasar dunia. Sebab, bila kebijakan ini sudah tidak berlaku lagi, bisa membuat harga nikel makin turun.
Meski begitu, Vale Indonesia tetap berkomitmen membangun dua smelter lagi di Bahadopi dan Pomala yang saat ini masih menantikan izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News